Rabu, 16 Juli 2014

CANGKIR 14 : MENGGENGAM AGAMA

“Permasalahannya adalah agama hanya kita bawa saat di masjid dan mushola saja. Saat kita pergi ke tempat yang lain, agama seakan-akan kita tinggal dan disimpan di loker.”

Begitulah makna yang kutangkap di acara talkshow sore ini.

Ya, masalah bangsa kita sekarang ialah adanya degradasi moral. Karakter anak bangsa sekarang seakan dalam posisi abu-abu, tak mampu membedakan apa yang baik dan mana yang buruk. Jelas, selama ini, penilaian baik-buruknya sesuatu hanyalah mendasar pada apa yang masyarakat umum anggap baik dan buruk. Nah, kalau hal buruk yang dilakukan terus-menerus kemudian dianggap hal wajar, maka masyarakat pun akan mengkategorikan hal tersebut sebagai hal yang biasa saja. Tak lagi dianggap buruk. Maka muncullah teori bahwa, segala sesuatu itu relatif, tergantung dari sisi mana kamu melihatnya.

Padahal secara jelas, Allah telah memberikan patokan tentang apa yang baik dan apa yang  buruk. Mau dilihat dari sisi manapun, jika Allah telah menetapkan bahwa hal itu buruk, ya, berarti buruk. Tidak bisa diganggu gugat. Jika, patokan ini mau kita terapkan dengan baik, saya jamin tak akan terjadi degradasi moral di lingkungan masyarakat.

Coba bayangkan, jika agama selalu kita genggam dengan erat di setiap aktivitas kita. Tentu, orang-orang akan diadili sesuai dengan kesalahannya, takkan ada lagi korupsi, semuanya tertib dan aman.
Saya pun teringat dengan perkataan Imam Syafii, beliau pernah berkata, “seorang auditor haruslah hafidzh dan memiliki tingkatan ibadah yaumiah yang bagus.” Kalau aturan ini diterapkan di Indonesia sekarang, mungkin stok auditor sangat sedikit, kali ya. Namun, saya yakin yang sedikit itu lebih kuat dan mampu membawa Indonesia kita lebih baik.

Kembali ke topik moralitas. Saya pun teringat salah satu ayat Al qur’an, “ Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar.” Lalu, ada orang yang yang protes, ada juga yang sholat tapi ia tetap melakukan keburukan, lalu apa gunanya sholat?


Manusia memang memiliki dua sisi, kebaikan dan keburukan. Untuk itulah, agama diturunkan agar mereka lebih condong pada kebaikan. Menurut saya, ketika ada orang yang sholat atpi masih melakukan keburukan, tentu, kesalahan ini tidak pada, ia melakukan shalat atau tidak. Tapi tentang pencapaian dari shalatnya itu, berkualitas ataukah tidak. Apakah selama ini shalatnya hanya sebuah  ritual saja tanpa tahu esensi dari setiap bacaannya? Hanya sekedar penggugur kewajiban saja. Ketika seseorang memiliki kualitas ibadah yang baik, saya yakin, ia pasti memiliki kepribadian yang lebih baik. Namun, terlepas dari itu semua, manusia tetaplah manusia, mereka bukanlah malaikat yang tanpa cela.

12 Juli 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar