Kamis, 10 Juli 2014

CANGKIR 09 : KARENA MAWAR BERDURI

Beberapa hari ini aku pun teringat tentang suatu scene dalam salah satu judul FTV jaman dulu. Adegannya tentang seorang ibu dan anak perempuannya di pekarangan rumah yang dihiasi bunga mawar.

“Bunda ingin kamu tumbuh seperti mawar-mawar ini,” kata sang bunda membuka percakapan.

“Kenapa, Bun?”

“Lihatlah, betapa cantiknya mawar ini hingga membuat orang ingin memetiknya. Tapi mawar ini punya duri di batangnya sehingga untuk memetik bunganya harus hati-hati nggak boleh sembarangan.”

“Lalu? Apa hubungannya denganku?”

“Bunda ingin kamu tumbuh seperti mawar ini, cantik, namun tidak sembarang orang bisa memetiknya. Hanya laki-laki yang benar-benar baiklah yang boleh memiliki anak Bunda yang cantik ini.”

Entahlah, FTV ini telah berhasil memasukkan energi magis padaku saat itu. Waktu menonton FTV ini, aku pun berpikir, keren banget filosofi dari bunga mawar ini, ya! Dulu, sebelum aku menonton FTV ini, pandanganku terhadap mawar sempat teracuni kala membaca sebuah puisi berjudul “Mawar Cantik Tapi Berduri”. Puisi itu menceritakan tentang sosok yang kelihatannya cantik tapi justru suka menyakiti hati orang lain.  Nah, begitu nonton film ini, jadi bisa melihat sisi lain yang begitu indah dari sosok bunga mawar.

Sejak itulah, filosofi bunga mawar ini pun memberikan inspirasi baru bagi hidupku. Tumbuh sebagai bunga mawar pun menjadi impian. Sebuah impian yang memantikku untuk mempercantik hati, menjadi cerdas mempesona, dan yang terpenting tak mudah terlena dengan lawan jenis apalagi gonta-ganti pacar.

Namun, filosofi bunga mawar itu pun mulai terlupakan, sejak lama. Bahkan, jika aku ingat-ingat betul, sebenarnya aku hanya sempat menjadikan diriku sebagai bunga mawar namun menanggalkan duri yang seharusnya menjadi pelindungku. Sesungguhnya aku belum paham betul, duri apa yang bisa melindungiku.

Dan setelah perjalanan panjang yang kulalui, tanpa sadar aku telah mengenakan duri pelindungku. Kau tahu, duri apa yang menjadi perisaiku? Ialah duri keimanan yang terwujud dalam keyakinanku untuk mengenakan hijab. Ya, inilah perisai utamaku yang nantinya mampu membawaku mekar menjadi sekuntum mawar. Mawar yang merekah dengan cantiknya, namun tak mudah dipetik oleh seseorang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar