Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Qs.
Al Mumtahanah : 9)
Beberapa hari ini, nurani kita mulai diketuk kembali dengan
berita penyerangan Israel terhadap Palestina. Ya, bumi Palestina berguncang
kembali. Media yang semula disibukkan dengan euforia piala dunia dan pemilu
Indonesia, mau tak mau harus memberikan sedikit celah untuk menyiarkan tindakan
kedzaliman ini.
Memang, selama beberapa bulan terakhir, media kita tampak
lengang dari berita kemanusiaan yang terjadi di palestina. Padahal, perjuangan
mereka untuk mempertahankan tanah suci seluruh umat Islam ini sungguh tak
pernah berjeda. Barangkali, inilah cara Allah untuk mengingatkan kita bahwa
seharusnya tidak lengah dan berdiam diri selama ini.
Maka, dalam semangat membela saudara seiman kita, beberapa
lembaga kemanusiaan pun mengajak kita untuk memberikan bantuan berupa doa
maupun harta. Sebagaimana yang telah dipesankan oleh Rasulullah terhadap kita, perangilah orang-orang musyrik itu dengan
harta, jiwa dan lisan kalian. Namun, ada pertanyaan yang mulai mengusik
hati saya, berapa banyak yang telah saya donasikan untuk Palestina dan muslim
lainnya selama ini? Jangan-jangan, saya hanya teringat untuk memberikan donasi
di saat seperti ini saja. Kala berita tentang penindasan kaum muslim memenuhi
kolom-kolom media.
Saya pun teringat tentang beberapa file yang terserak dalam
salah satu folder. File ini berisi tentang data-data produk yang diboikot oleh
ulama. Ya, beberapa ulama dan tokoh Islam kenamaan seperti Dr. Yusuf Qardhawi,
Dr. Abdul Satar Fathullah Said (Dosen Syariah Universitas Al Azhar), Dr. Naser
Farid Wasil (mantan Mufti Mesir), Dr. Muhammad Imarah (Pemikir Muslim Dunia),
Dr. Abdul Hamid Ghazali (pakar ekonomi dan politik Islam) telah menyatakan
pemboikotannya terhadap produk perusahaan yang diindikasikan menjadi penyumbang
dana untuk Israel. Yang mengejutkan adalah beberapa perusahaan ini telah
menguasai pasar kita, menjadi leader. Produk-produknya
pun lekat pada diri kita, mulai dari kosmetik, makanan hingga barang elektronik.
Bahkan tak jarang dari kita yang dengan bangga mengkonsumsinya. Astaghfirullah.
Sungguh, saya bahkan Anda semua, umat muslim, telah terlena.
Kita semua tanpa sadar telah menjadi donatur untuk Israel melalui produk-produk
yang telah kita beli. Kita merasa lebih keren jika nongkrong di restoran junk food—penyaji hamburger, pizza, dan fried chicken kenamaan—dibanding menikmati
makanan di warung makan penyaji masakan Indonesia. Sungguh, kita lebih suka
mengenakan brand internasional
dibanding buatan asli Indonesia. Sungguh, kita lebih suka minum minuman bersoda
dibandingkan air putih yang lebih menyehatkan. Ah, tapi air putih pun tak
semuanya produksi Indonesia.
Sekarang, sangat
penting bagi kita semua untuk memilah kembali, produk-produk apa saja yang
semestinya kita beli. Mari, kita segera move
on produk-produk yang lebih save.
Jangan sampai, lembaran rupiah yang kita gunakan untuk memberi donasi pada
Israel lebih besar dibandingkan yang telah kita berikan untuk Palestina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar