Selasa, 01 Juli 2014

CANGKIR 03 : FENOMENA MAHALNYA MINUMAN MEREK Q

Ketika ramadan tiba, daya konsumsi masyarakat meningkat. Inilah yang menyebabkan beberapa barang mengalami kenaikan harga, terutama makanan. Di daerah saya, ada sebuah merek minuman terkenal, air putih kemasan gelas, yang selalu mengalami kenaikan harga saat ramadan hingga lebaran. Pada hari biasa, harga minuman tersebut (sebut saja merek Q) kisaran 22-23 ribu rupiah per kardus. Namun, selama ramadan apalagi lebaran, harganya bisa menlonjak hingga 30 ribuan lebih. Fenomena ini selalu saja terjadi setiap tahunnya. Padahal, merek minuman gelas lainnya mengalami kenaikan harga yang cenderung normal, berkisar 1-2 ribu rupiah saja per kardus. Nah, apa saja yang membuat harga barang tersebut naik tajam?
Sisi Konsumen

Kenaikan harga pada merek minuman tersebut diakibatkan oleh jumlah permintaan yang meningkat menjelang lebaran. Ya, lebaran merupakan momen yang spesial bagi setiap muslim. Di hari yang spesial itu, mereka pun menyiapkan segala hal yang spesial, dari pakaian hingga menu untuk menjamu tamu yang bertandang. Karena pandangan itulah, mereka berbondong-bondong membeli merek minuman tersebut sebagai sajian yang spesial. Sekali lagi, merek minuman Q yang maksudkan ini telah dianggap oleh masyarakat umum sebagai merek terkenal. Namanya merek terkenal pastinya dianggap berkualitas bagus. Tentunya, merek ini memiliki nilai prestise yang tinggi dibanding merek lainnya karena harganya yang lebih mahal.

Ketika ditawarkan merek minuman yang lain baik yang lokal hingga non lokal (pastinya dengan harga yang lebih murah), mereka akan mengatakan, “Ah, ini kan lebaran, masa belinya minuman yang begitu.” Atau “Mumpung lebaran, setahun sekali, belinya yang mahal.” Itulah mengapa mereka rela mengeluarkan kocek dalam-dalam untuk memperoleh satu kardus minuman Q ditambah dengan tenaga ekstra untuk mencari merek tersebut dari toko ke toko. Padahal menurut saya, kualitas air minum kemasan dengan merek lain pun tak kalah dengan kualitas merek Q. Selain itu, bisa lebih hemat. Menjelang lebaran, harga satu kardus Q bisa setara dengan 2 kardus untuk merek yang lain.

Sisi Penjual

Entah sejak tahun kapan fenomena kelangkaan merek Q terjadi di desa saya. Semenjak kedua orang tua saya membuka toko kelontong, fenomena ini telah terjadi dan sekarang (menurut saya) semakin parah.
Sebelumnya, telah dijelaskan bahwa permintaan merek Q ini meningkat menjelang lebaran. Sepertinya fenomena ini pun ditangkap dan dimanfaatkan oleh para penjual. Ketika permintaan terhadap suatu barang meningkat, penjual cenderung untuk menaikkan harga barang tersebut. Apalagi jika jumlah barang yang beredar sedikit maka konsumen akan rela berebut dan membayar mahal barang uang tersebut.

Melihat kondisi ini, saya pun sempat menanyakan kepada ayah saya perihal langkanya merek Q. Karena Ayah saya juga penjual merek minuman Q tersebut, mungkin saja beliau paham mengapa kondisi ini terjadi tiap tahunnya. Menurut info yang beliau dapat dari agen distributor yang biasa mengirim barang ke toko kami, menjelang lebaran, minuman merek Q lebih banyak didistribusikan ke kota-kota. Begitulah kata agen distributor. Namun, faktanya, setelah bertahun-tahun mengalami hal ini, Ayah saya pun mengetahui bahwa beberapa pemilik toko yang bermodal besar sengaja untuk menimbun secara besar-besaran merek Q tersebut. Mereka sengaja untuk menahan dan mengendalikan peredaran barang tersebut. Ketika barang sulit diperoleh di pasaran sementara mereka menggenggam berkadus-kardus barang, tentu  mereka bisa sesuka hati untuk menentukan harga barang.


Tentu kondisi ini sangat merugikan masyarakat. Nyatanya, masyarakat sendiri tidak sadar jika perilaku mereka telah dimanfaatkan oleh beberapa oknum. Selain itu, hal ini pun merugikan para penjual kecil. Mereka harus mengeluarakn modal yang lebih banyak untuk membeli merk Q dari penjual besar. Jika selama lebaran, para penjual kecil ini tidak mampu menghabiskan stok barang Q, mereka jelas akan mengalami kerugian. Bagaimana bisa? Paska lebaran, harga barang Q akan berangsung turun akibat permintaan barang yang menurun. Kalau stok barang tidak habis, penjual terpaksa menjual barang di bawah harga beli barang tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar