Ketika
ramadan tiba, daya konsumsi masyarakat meningkat. Inilah yang menyebabkan beberapa
barang mengalami kenaikan harga, terutama makanan. Di daerah saya, ada sebuah
merek minuman terkenal, air putih kemasan gelas, yang selalu mengalami kenaikan
harga saat ramadan hingga lebaran. Pada hari biasa, harga minuman tersebut (sebut
saja merek Q) kisaran 22-23 ribu rupiah per kardus. Namun, selama ramadan apalagi
lebaran, harganya bisa menlonjak hingga 30 ribuan lebih. Fenomena ini selalu saja
terjadi setiap tahunnya. Padahal, merek minuman gelas lainnya mengalami kenaikan
harga yang cenderung normal, berkisar 1-2 ribu rupiah saja per kardus. Nah, apa
saja yang membuat harga barang tersebut naik tajam?
Sisi
Konsumen
Kenaikan
harga pada merek minuman tersebut diakibatkan oleh jumlah permintaan yang meningkat
menjelang lebaran. Ya, lebaran merupakan momen yang spesial bagi setiap muslim.
Di hari yang spesial itu, mereka pun menyiapkan segala hal yang spesial, dari pakaian
hingga menu untuk menjamu tamu yang bertandang. Karena pandangan itulah, mereka
berbondong-bondong membeli merek minuman tersebut sebagai sajian yang spesial. Sekali
lagi, merek minuman Q yang maksudkan ini telah dianggap oleh masyarakat umum sebagai
merek terkenal. Namanya merek terkenal pastinya dianggap berkualitas bagus. Tentunya,
merek ini memiliki nilai prestise yang tinggi dibanding merek lainnya karena
harganya yang lebih mahal.
Ketika
ditawarkan merek minuman yang lain baik yang lokal hingga non lokal (pastinya dengan
harga yang lebih murah), mereka akan mengatakan, “Ah, ini kan lebaran, masa belinya
minuman yang begitu.” Atau “Mumpung lebaran, setahun sekali, belinya yang mahal.”
Itulah mengapa mereka rela mengeluarkan kocek dalam-dalam untuk memperoleh satu
kardus minuman Q ditambah dengan tenaga ekstra untuk mencari merek tersebut dari
toko ke toko. Padahal menurut saya, kualitas air minum kemasan dengan merek lain
pun tak kalah dengan kualitas merek Q. Selain itu, bisa lebih hemat. Menjelang lebaran,
harga satu kardus Q bisa setara dengan 2 kardus untuk merek yang lain.
Sisi
Penjual
Entah
sejak tahun kapan fenomena kelangkaan merek Q terjadi di desa saya. Semenjak kedua
orang tua saya membuka toko kelontong, fenomena ini telah terjadi dan sekarang (menurut
saya) semakin parah.
Sebelumnya,
telah dijelaskan bahwa permintaan merek Q ini meningkat menjelang lebaran. Sepertinya
fenomena ini pun ditangkap dan dimanfaatkan oleh para penjual. Ketika permintaan
terhadap suatu barang meningkat, penjual cenderung untuk menaikkan harga barang
tersebut. Apalagi jika jumlah barang yang beredar sedikit maka konsumen akan rela
berebut dan membayar mahal barang uang tersebut.
Melihat kondisi ini, saya pun sempat menanyakan
kepada ayah saya perihal langkanya merek Q. Karena Ayah saya juga penjual merek
minuman Q tersebut, mungkin saja beliau paham mengapa kondisi ini terjadi tiap tahunnya.
Menurut info yang beliau dapat dari agen distributor yang biasa mengirim barang
ke toko kami, menjelang lebaran, minuman merek Q lebih banyak didistribusikan ke
kota-kota. Begitulah kata agen distributor. Namun, faktanya, setelah
bertahun-tahun mengalami hal ini, Ayah saya pun mengetahui bahwa beberapa
pemilik toko yang bermodal besar sengaja untuk menimbun secara besar-besaran
merek Q tersebut. Mereka sengaja untuk menahan dan mengendalikan peredaran
barang tersebut. Ketika barang sulit diperoleh di pasaran sementara mereka
menggenggam berkadus-kardus barang, tentu mereka bisa sesuka hati untuk menentukan harga
barang.
Tentu
kondisi ini sangat merugikan masyarakat. Nyatanya, masyarakat sendiri tidak
sadar jika perilaku mereka telah dimanfaatkan oleh beberapa oknum. Selain itu,
hal ini pun merugikan para penjual kecil. Mereka harus mengeluarakn modal yang
lebih banyak untuk membeli merk Q dari penjual besar. Jika selama lebaran, para
penjual kecil ini tidak mampu menghabiskan stok barang Q, mereka jelas akan
mengalami kerugian. Bagaimana bisa? Paska lebaran, harga barang Q akan
berangsung turun akibat permintaan barang yang menurun. Kalau stok barang tidak
habis, penjual terpaksa menjual barang di bawah harga beli barang tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar