Kamis, 10 Juli 2014

CANGKIR 05 : MENJERNIHKAN PRASANGKA

Suatu ketika seorang teman berkeluh kesah, “Kadang aku merasa iri dengan si fulan. Dia itu jarang sekali sholat, tapi kok selalu beruntung, ya? Lihat aja nilai-nilainya selalu bagus, padahal ya... tahulah dia kayak gimana.”

Mendengar keluhannya, aku hanya bisa terdiam. Sejenak terpikir olehku, kita tak pernah tahu seperti apa sesungguhnya usahanya selama ini, bukan? Barangkali ia lebih giat belajar saat UTS maupun UAS sehingga hasilnya pun bisa mendulang nilai-nilai tugas. Namun, entah, bukan itulah yang akhirnya terucap dariku.

“Di kehidupan dunia ini, Allah tak pernah memilah dalam memberikan rahmat,” ucapku.

Ya! Allah tak memilah-milah dalam membagikan rezeki. Semua makhluk yang Allah ciptakan, semuanya mendapatkan rezekinya masing-masing. Di dunia ini, semua makhluk hidup bisa menghirup udara secara bebas, mengolah sumber daya alam, dan lain sebagainya. Baik muslim dan non muslim bahkan seorang atheis sekalipun diberikan Allah kesempatan untuk menikmati fasilitas yang ada di dunia ini. Seorang muslim yang kaya pun ada, non muslim bahkan atheis yang hidup kaya raya pun ada.

Coba fikirkan, jika Allah membuat peraturan di dunia ini, “Hanya orang Muslim saja yang boleh menikmati segala fasilitas bumi.” Maka, apa yang akan terjadi? Tentunya semua orang di dunia ini akan masuk Islam. Terang saja, kalau tak masuk Islam tak bisa bertahan hidup. Lalu, apa gunanya lagi kita berdakwah? Namun, terlepas dari itu, aku sendiri percaya bahwa tetap ada bedanya, rezeki yang Allah berikan kepada orang beriman dan tidak beriman, yakni tentang nilai keberkahan yang terkandung pada rezeki tersebut.
Nah, kembali pada kegelisahan seorang teman tadi, mengingatkanku akan sebuah kisah.

Dulu, berdirilah dua kerajaan, sebut saja kerajaan A dan kerajaan B. Wilayah kerajaan tersebut dibatasi oleh sebuah sungai yang mengalir di antara keduanya. Kerajaan A dipimpin oleh seorang raja yang alim, bijaksana, serta disayangi dan dihormati rakyatnya. Sementara itu, kerajaan B dipimpin oleh seorang raja yang sangat dzalim.

Suatu ketika, kedua raja ini mengidap penyakit yang sama dan sangat aneh. Penyakit ini belum pernah dijumpai sebelumnya. Atas saran seorang tabib kenamaan, penyakit kedua raja itu hanya bisa diobati oleh ikan yang hidup di sungai. Sungai yang dimaksud ialah sungai yang menjadi perbatasan kedua wilayah kerajaan tersebut. Namun, ikan tersebut sangat sulit untuk ditangkap, ia hanya muncul di waktu-waktu tertentu.

Maka berangkatlah utusan dari kedua kerajaan, mereka berjaga siang-malam selama berhari-hari lamanya. Hingga suatu ketika muncullah seekor ikan di permukaan dan beruntunglah utusan dari kerajaan B yang berhasil menangkap ikan tersebut. Sementara, utusan dari kerajaan A pulang dengan tangan kosong.

Kemalangan yang menimpa utusan kerajaan A menyebabkan raja yang sangat disayangi oleh rakyatnya itu pun meninggal dunia. Sementara keberuntungan yang diperoleh utusan kerajaan B membuat raja dzalim itu pun akhirnya sembuh.

Melihat kejadian tersebut, para malaikat pun berbondong-bondong menghadap Allah SWT. Mereka hendak memprotes, mengapa Allah menetapkan ikan tersebut kepada raja dzalim bukan raja yang alim. Menanggapi protes tersebut, Allah pun berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. Sesungguhnya, raja yang alim itu suatu ketika pernah melakukan hal yang tak Kusukai. Maka, Aku pun membalas perbuatannya itu dengan tidak menyembuhkan penyakitnya. Dengan begitu, ia pun menghadap-Ku dalam kondisi yang terbaik tanpa ada cacat.”

“Sementara itu, raja kerajaan B, meskipun ia dzalim, ia pernah sekali melakukan kebaikan. Sangat adil, membalas kebaikannya itu dengan memberikan ia kesembuhan dari penyakitnya. Jadi, saat ia menghadap-Ku nanti, hanya dosa-dosanya saja yang menyertainya.”


Allahu Akbar! Kita takkan pernah tahu rahasia dibalik nikmat yang Allah berikan kepada hamba-hambanya di dunia ini. Jadi tak perlulah kita menimang-nimang keluh kesah dan prasangka buruk atas keputusan Allah. Tak perlulah merasa iri atas nikmat yang diperoleh orang lain. Yang perlu kita perhatikan ialah kesabaran upaya dan doa yang akan menghantarkan kita pada kenikmatan yang penuh berkah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar