Kamis, 10 Juli 2014

Bagaimana Jika Hati?

Menjelang ujian skripsi, aku pun mendadak sakit. Sepertinya inilah puncak kelelahanku. Selama sebulan ini aku memang merasa tak enak badan. Aku sering merasa sakit kepala, kadang mual, kadang merasa lemas. Namun, kondisi ini belum mampu mematahkanku untuk beraktivitas normal. Terlebih aku harus bolak-balik ke Solo dan Pati dua minggu sekali.

Kelelahan itu seakan menumpuk hingga dua hari sebelum ujian skripsi. Aku mengalami sakit kepala yang hebat. Aku demam. Aku pun memutuskan untuk beristirahat sembari berharap sakit kepalaku itu menghilang. Namun, apalah daya, sakit itu pun semakin menjadi. Tapi aku tetap bersyukur karena Allah masih memberikanku kesembuhan selama proses ujian skripsi.

Seusai ujian, sakit kepalaku kambuh lagi. Meskipun tak sesakit sebelumnya, demamku justru semakin meninggi. Lidah pun hambar, hanya beberapa suap yangberhasil  kumakan. Sulit bagiku membedakan rasa. Semua makanan yang masuk ke  mulut terasa tak enak.

Kala badan sakit dan lidah ikut terganggu, inilah akibatnya, susah untuk membedakan rasa. Aku pun mulai berfikir. Ah, ini baru lidah saja yang sakit.  Bagaimana kalau hati yang sakit? Dalam sebuah hadis sudah jelas disebutkan bahwa hati itu adalah raja, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuh. Jika ia sakit, rusaklah seluruh tubuh.

Maka coba bayangkan... ketika indera pengecap kita sakit, akhirnya kita susah untuk membedakan rasa asin, manis, asam, dan pahit. Nah, bagaimana jika hati? Hati nurani merupakan pusat fatwa, yang akan memberikan petunjuk perihal baik dan buruk. Hati yang sakit tentu tak akan mampu melakukan filter ini. Kita tak mampu membedakan hal yang baik dan yang buruk. Posisi inilah yang akan membawa kita pada kondisi semakin futur dan dekat dengan hal-hal buruk.

Saat lidah yang sakit, kita tak akan nafsu makan. Kita justru malas memakan makanan yang seharusnya baik bagi tubuh kita. Sama halnya dengan hati yang sakit. Kita pasti malas untuk melakukan ibadah yang seharusnya bisa menjadi obat kita.

Semarang, 24 April 2014

*catatan ini ditulis dalam penantian menuju hari wisuda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar