Kamis, 26 Desember 2013

MENGGENANG (?)

“Pokoknya aku nggak mau ikut organisasi itu lagi! Capek hati!” Teriak Risa. Aku hanya bisa geleng-gelang kepala melihat Risa. Entah apa yang terjadi.

“Kamu kenapa?” Tanyaku.

“Aku sebel, Kak! Aku nggak mau ikut organisasi itu lagi. Capek! Cuma makan hati. Ini sudah sekian kalinya. Dan aku pikir ini cukup untuk membuatku berhenti.”

Kucoba menenangkannya. Risa pun mulai bercerita. Tak terasa air matanya pun mulai menetes. Ah, korban perasaan lagi, pikirku. Kutarik tangan Risa, kuajak ia keluar menyusuri jalanan yang masih basah  oleh guyuran hujan.

“Lihatlah air itu..” kutunjuk air yang menggenang, “air itu keruh dan akan tetap keruh di situ lalu berubah menjadi bau hingga panas matahari membuatnya menguap.”

“Coba bandingkan dengan air sungai itu, keruh. Tapi aliran derasnya akan membuat air  lama-lama menjadi jernih dan memberikan kemanfaatan untuk makhluk hidup sekitanya”

“jika kamu memilih berhenti, kamu seperti air yang menggenang. Tapi, menurutku Risa haruslah seperti air sungai itu yang terus mengalir.”

“Tapi, Kak. Aku lelah. Aku kecewa...”

“Jika kamu kecewa dengan sistem yang ada di dalamnya. Kamu harus tetap bertahan dan mengubah sistem itu menjadi lebih baik.”

Jumat, 13 Desember 2013

Tentang Luka

“hati tidak dapat patah. Taraf paling rendah yang diderita penyakit hati adalah luka parah atau kelemahan oleh kelelahan menderita. keduanya dapat sembuh. karena luka selalu ditutup kembali oleh kulit yang baru dan sehat.” (keberangkatan)
                Luka, siapa yang tidak pernah merasa terluka? Ah tentunya semua orang pernah merasakannya. Luka fisik maupun hati. Lalu kenapa bisa luka? Banyak faktor!  Tapi bisakah disembuhkan?  Lamanya tergantung si empunya.
Luka Hati, apa sebabnya?
Aiih berbicara luka hati, hm penyebabnya bisa hal-hal  yang sederhana bahkan sampai yang kompleks. Luka itu muncul tidak hanya karena faktor eksternal tapi juga internal, dari dalam diri sendiri.  Luka yang disebabkan lingkungan eksternal, misalnya perlakuan kasar orang lain terhadap diri kita.  Yang akhirnya membuat diri kita menderita. Tapi guys, jika ini yang kamu alami, merasa lingkungan sekitarmu bersikap terlalu kejam, ingatlah Allah senantiasa membersamai kita.
Faktor penyebab luka yang lainnya, muncul dari dalam diri sendiri. Hal ini mampu menimbulkan luka hati yang bersifat akut bahkan kronis. Kok bisa? Yupz... luka ini biasanya timbul karena kemarahan kita pada seseorang yang bisa berakibat benci, iri, dengki, dan ‘temen2 gengmya’. Nah ini lebih susah untuk disembuhkan. Kalo faktor eksternal, selama kita tidak lagi bersinggungan dengan lingkungan yang membuat kita terluka, tentunya  luka itu akan segera sembuh. Tapi, faktor internal itu ada di dalam diri kita dan mengikuti kemana pun langkah kaki kita.
Luka, bagaimana menyembuhkannya?
Luka selalu ditutup kembali dengan kulit yang baru dan sehat. Inilah kalimat yang diucapkan Lansih dalam novel Keberangkatan karya NH. Dini. Jika dianalogikan, memang luka fisik itu jika dirawat dan diobati dengan tepat bisa sembuh, Bagian yang terluka lama-lama akan terkelupas dan kemudian diganti dengan kulit baru yang sehat. Namun, luka yang tidak dirawat dengan baik tentu akan menimbulkan bekas yang tidak bisa dihilangkan bahkan bisa menyebabkan infeksi yang akan menggerogoti organ tubuh disekitarnya.
Begitu pula dengan luka hati. Jika kita bisa merawat dan mengobati dengan cara yang tepat. Tentu, luka itu akan hilang tidak menimbulkan bekas. Sangat berbahaya jika luka itu dibiarkan yang akan menginfeksi seluruh hati kita. Hingga hati itu menjadi mati dan keras. Padahal dijelaskan dalam hadist Ar’bain ke – 6,
       Dari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir ra, dia berkata, “ saya mendengar rasulullah saw, bersabda, “..... Ketahuilah, bahwa di dalam tubuh terdapat segumpal daging, jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh, dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bisa dibayangkan ketika hati sudah mati, maka buruklah seluruh tubuh kita, buruklah perbuatan kita. Lalu bagaimana cara menyembuhkannya? Kuncinya ada pada taraf keimanan kita. Yupz.. jika iman kita kuat tentu hati akan lebih mudah terjaga. Berikan asupan yang bergizi dengan memperbanyak ibadah harian semisal tilawah dan berdzikir. Karena dengan menyebut nama Allah hati akan menjadi tenang, iya kan? Selanjutnya belajar ikhlas dan memaafkan. Memang berat untuk melakukannya. Sebagaimana orang yang menderita penyakit kanker, maka harus rajin kemoterapi. Begitu juga dengan luka hati harus diterapi dengan sikap ikhlas dan memaafkan. Keduanya akan melembutkan hati yang keras.
Luka hanya bisa disembuhkan oleh  si pembuat luka
Begitu kata seorang penyair terkenal, Kahlil Gibran. Ada benarnya juga memang. Ketika kita disakiti oleh orang lain maka permintaan maafnya lah yang mampu menyembuhkan rasa sakit hati kita. Tapi terkadang kita terlalu angkuh untuk memaafkan orang lain. Hingga membuat luka itu semakin sakit dan sakit. Jika begini ceritanya, ya semuanya tergantung dari dirimu sendiri. Hanya kamulah penawar luka atas luka hatimu sendiri.
Ya Allah, jika aku melukai hati hamba-Mu maka berikanlah aku kekuatan untuk meminta maaf kepadanya.
Ya Allah, jika hatiku terluka akibat perangai hamba-Mu maka berikanlah aku kekuatan untuk memaafkan dirinya....

aamiin

Senin, 11 November 2013

BUS DAN PILIHAN HIDUP (1)



Siang ini saya baru saja mengurus penelitian di Unes, salah satu perguruan tinggi di Semarang. Setelah urusan selesai, saya pun memutuskan langsung pulang dengan naik angkutan menuju daerah Jatingaleh. Dari sinilah saya akan memulai cerita.
               Turun di Jatingaleh saya pun memutuskan untuk menuju salah satu halte terdekat. Yap, ada dua jenis halte berjajar, 1 halte khusus BRT dan 1 halte untuk kendaraan umum lainnya. Sebenarnya banyak alternatif kendaraan yang bisa saya pilih untuk pulang ke tembalang. Mau memilih 2x transit atau langsung 1x transit. Untuk pilihan pertama dengan menggunakan 2x transit, pertama bisa naik kendaraan arah banyumanik (banyak sekali pilihannya, bisa naik bus banyumanik, bus damri, bus pudak payung, brt, ataupun angkutan arah banyumanik) turun di patung kuda kemudian naik lagi angkot menuju tembalang. Harga yang harus dibayar untuk sekali naik sekitar Rp 2500,-. Jadi total yang harus dikeluarkan untuk sampai tembalang sekitar 2xRp 2500,- = Rp 5000,-
                Nah untuk alternatif kedua, naik bus jurusan Bukit kencana-mangkang, cukup satu kali naik saja dan hanya merogoh Rp 3000,-. Lebih murah memng. Tapi sayang, bus yang beroperasi sangat sedikit sehingga kita harus menunggu lama bisa 30 menit atau bahkan 1 jam.
                Lalu mana yang saya pilih kemudian? Karena saya harus berhemat maka saya memutuskan untuk naik Bus jurusan Bukit Kencana-mangkang. Konsekuensinya saya harus bersabar menunggu bus ini walaupun banyak sekali bus-bus lain yang lewat di depan saya. Apakah saya menyesal telah menunggu lama? Tentu saja tidak, karena tujuan akhir yang ingin saya capai adalah HEMAT ONGKOS bukan Hemat Waktu.
                Tentu dalam hidup kita akan dihadapkan pada banyak pilihan, bukan? Dan peluangny sangat kecil untuk bisa meraih semuanya. Maka tentukan tujuan akhir apa yang ingin kamu dapatkan, lalu pilihan apa yang bisa kamu lakukan. That’s right!

Sabtu, 09 November 2013

RE-LA-SI

Kali ini saya ingin bercerita tentang pentingya sebuah relasi. Ya re-la-si, kenapa saya perlu mengejanya seperti itu? Sederhana saja, hanya ingin menyamakan pikiran tentang kata relasi. Karena salah mengeja bisa menyebabkan salah arti. Coba saja Anda mengejanya dengan cara yang berbeda pasti akan bermakna beda pula.
                Nah, mendengar kata re-la-si apa yang terfikirkan dalam diri Anda? Jaringan? Hubungan kerja sama? Koneksi? Yupz betul sekali! Lalu mengapa kita harus memiliki relasi yang banyak? Pasti semuanya akan menjawab, punya relasi banyak itu manfaatnya cuma satu, yaitu mempermudah akses. Ya.. akses kemana saja sebanyak relasi yang kamu punya. 
                Namun sempat terbesit dalam diri saya, mengapa harus punya banyak relasi jika sekedar untuk mamanfaatkan mereka demi kepentingan kita? Oleh karena itu, saya pun tidak punya banyak relasi. Hingga suatu ketika saya menemukan satu jawaban yang berbeda mengenai pentingnya memilki relasi. Tidak hanya sekedar untuk kepentingan diri sendiri.
                Suatu ketika saya sedang melakukan penelitian di universitas lain. Untungnya, saya punya seorang teman yang bersedia membantu saya selama penelitian. Teman saya ini tipikal orang yang pintar membangun relasi. Ia berteman dengan siapa saja. Karena banyaknya relasi yang dimiliki oleh teman saya inilah kemudian mempermudah pelaksanaan penelitian yang saya lakukan.

                Di titik inilah saya baru sadar bahwa memiliki relasi itu penting karena semakin banyak relasi yang kamu punya maka akan semakin banyak orang yang bisa kamu bantu.

Kamis, 06 Juni 2013

KANAK-KANAK DAN KEKANAK-KANAKAN

Angin timur sesekali bertiup kencang...
Musim kemarau telah datang. Di saat seperti inilah angin muson berkunjung dari  benua Australia membawa hawa kering ke negeri Indonesia. Semilir angin tiada hentinya bertiup. Tapi inilah saat yang ditunggu oleh anak-anak, membilah bambu berhias kertas warna-warni, mengutas benang. Yupz...Apalagi kalau bukan bermain layang-layang. Panasnya sinar mentari di musim kemarau yang menyengat tubuh pun tak dihiraukan. Tubuh legam? Siapa peduli. Hanya riuh riang suara mereka,  saling beradu, membanggakan betapa hebatnya layang-layang mereka.
Doni : (memperlihatkan layang-layang) lihat nich, aku punya layang-layang baru nich. Keren kan... haha akhirnya bisa beli layang-layang ini,
Wawan : wah beruntung sekali kau, kemarin aku ingin juga beli yang ini, tapi keburu habis di warung mang Toyib
            Doni : iya donk siapa dulu, Doni, haha...
Rudi : ah ini sich di pasar banyak, lihat nich punyaku bentuknya bagus. Ayahku nich yang buat khusus untukku.
            Adi    : itu sich di toko pojok situ juga ada, Rp  4500 doank
Rudi : eitz beda donk, ini yang bikin ayahku sendiri.. liat nich lebih bagus daripada yang di situ... lebih kuat.. apalagi aku pake benang yang ini, pasti layang-layangku bisa terbang tinggi tak terkalahkan
Doni : masih keren punya sepupuku tuch... lebih besar dari punyamu... besok mau diberikan padaku
            Wawan : kamu beruntung banget Don..
            Doni : haha biasa aja... tapi kalian nggak boleh pinjem hehe
            Adi   : pelit banget sich
            Doni : ntar kalo rusak, hayo??
            Yadi tiba-tiba berlari ke arah mereka
Yadi : liat nich layang-layangku bagus lho,. Papaku membelinya dari Bali... keren kan? Pasti nggak ada yang bisa menyaingi punyaku
            Rudi : Aku dulu juga punya yang seperti itu lebih besar dan bagus (tak mau kalah)
            Doni : alah gitu doank mah kecil, emangnya layang-layang segedhe itu bisa terbang?
Inilah masa kanak-kanak dengan segala sifatnya. Anak-anak senang sekali membanggakan dirinya sendiri. Selalu ingin dirinya yang paling hebat walaupun untuk hal yang paling malang sekalipun ingin dirinya yang paling malang. Coba tengok percakapan ini :
A : aduh lututku sakit nih,. Luka gara-gara jatuh dari sepeda
B : ah Cuma gitu doank... dulu aku juga pernah jatuh dari pohon, tanganku patah jadi harus pake Gips. Mau makan aja susah harus disuapin.

Pasti pernah mendengar percakapan sepertia. Yupz beginilah dunia anak-anak ingin selalu benar dan menjadi “paling” dalam segala hal. Jika kita, yang sudah dewasa, masih bersikap seperti ini artinya kita masih kekanak-kanakan belum pantas menyandang gelar dewasa, bukan? Jika kita masih mengutamakan ego, maka kita sejatinya kekanak-kanakan

SECANTIK SAMPUL

Ada pepatah mengatakan “ Don’t judge the book by the cover”artinya jangan menilai sebuah buku itu dari sampulnya saja. Pepatah ini sering dikaitkan dalam pergaulan sehari-hari yakni kita tidak boleh menilai orang itu dari tampilan luarnya saja tapi nilailah dari hatinya, kepribadiaannya. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa seperti itulah hakikatnya manusia, yang pertama kali dilihat pastilah tampilan luarnya. Ketika kita berada di sebuah toko atau pameran buku sementara kita bingung akan membeli buku apa,di antara tumpukan buku pasti kita akan mengambil buku yang menarik. Apa yang membuat buku itu menarik? Jawaban orang macam-macam ada yang tertarik karena desain sampul buku, judul, pengarang, atau apalah. Bukankah itu wajar? Setelah itu barulah kita akan membukanya, membaca isinya. Andaikan buku itu, awalnya, tidak memiliki hal apapun untuk menarik perhatian kita, dapat dipastikan kita tidak akan mengambilnya apalagi mengetahui isinya.
      Sama halnya dengan buku, seseorang tidak akan tertarik untuk mengetahui diri kita lebih mendalam jika kita tidak memiliki “tampilan” yang cantik. So, kita tidak bisa menuntut seseorang untuk memahami karakter diri kita secara mendalam jika kita tidak memiliki suatu hal yang menarik untuk diulas. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya bahwa seseorang dinilai pertama kali dari penampilannya. Tapi bagaimana dengan mereka yang memiliki “tampilan” yang berbanding terbalik dengan konten? Maka sesuaikanlah J
As beautiful as Cover
      Yups.. ketika kita sudah memiliki tampilan yang cantik maka perbaikilah konten kita agar lebih cantik. Apa yang Anda fikirkan ketika melihat seorang muslimah yang memakai jilbab, menutup aurat? Pasti Anda mengatakan bahwa wanita ini pasti sholihah. Hal ini sudah menjadi penilaian umum dari masyarakat bahwa wanita berjilbab = sholih. Namun, apa yang terjadi jika perilakunya tidak sesuai dengan cover? Tentu nilainya akan menjadi minus. Tapi bukan berarti berjilbab itu harus menunggu kepribadian kita baik dulu. Sama halnya tidak harus mendesain cover itu harus menunggu isi ceritanya bagus dulu.
Beri sedikit ulasan

Orang terkadang tertarik dengan kita akibat hal-hal kecil yang kita perbuat. Yups hal kecil namun baik pasti akan berdampak besar. Sebagaimana sebuah buku, penulis biasanya memberikan ulasan singkat mengenai isi buku agar pembaca tertarik untuk membaca seluruh ceritanya.

Kamis, 11 April 2013

MEMBUAT OTAK-OTAK BANDENG YANG YUMMY... ^^



Kalau kalian berkunjung ke kota Semarang jangan lupa ya untuk berburu salah satu olahan dari Bandeng yang satu ini. Rasanya yang kaya rempah hm bikin ketagihan pokoknya. Tapi, kita bisa lho bikin otak-otak bandeng sendiri di rumah... So disimak aja..
Yupz pertama kita siapkan bahannya
- Ikan Bandeng yang ukuran agak besar  (soalnya dagingnya lebih banyak, kalo pake yang ukuran kecil kan lebih banyak durinya hehe :p) dan tentunya masih segar
- Telor (1 ikan bandeng setidaknya butuh 1 butir telur)
- Minyak goreng
- daun pisang (untuk mengukus)
- Serai yang dimemarkan
Bumbu-bumbu yang dihaluskan :
- Bawang merah
- Bawang putih
- Laos
- Kencur
- Ketumbar
- Merica
- Miri
- Daun jeruk
- Jinten 
- Gula
- Garam
(hehe maaf ya nggak ada takaran mengenai berapa banyak bumbu yang digunakan, menyesuaikan ukuran bandeng dan jumlahnya, kalo aku sich biasanya dikira-kira aja, jadi diusahakan hatinya lagi bahagia ya.. biar takarannya pas ^^)
Cara Membuatnya.....
- Bersihkan dulu Bandeng dari sisiknya, setelah iu cuci bersih ya...
- Lalu pukul-pukul bandeng (tapi jangan keras2) untuk menghancurkan dagingnya, nah klo aku biasanya cukup pijit2 bandengnya aja tuch, soalnya klo dipukul nanti bisa merusak kulit bandengnya.
- Jika daging yang didalamnya sudah hancur, patahkan duri bagian ekor, untuk memudahkan mengeluarkan seluruh daging dan durinya (dikeluarin semuanya mpe bersih ya..)
- Nah kalo sudah pisahkan duri dari daging yang telah dikeluarkan
- Siapkan bumbunya, haluskan
- Lalu tumis bumbu bersama serai kalo udah harum masukkan daging bandeng (cukup sampai setengah matang, angkat)
- Nah setelah itu daging yang telah berbumbu tadi ditambahkan telur, diaduk hingga rata
- Selanjutnya masukkan daging ke dalam kulit bandeng hingga penuh ya... tyuz dibungkus dengan daun pisang
- Kukus hingga matang
- Untuk penyajiannya bisa langsung dimakan atau digoreng dulu sesuai selera 

Silahkan mencoba :)


Rabu, 13 Februari 2013

Mimpi Kita


Pernah ada satu masa
Aku, kamu, kita, saling menuliskan mimpi-mimpi
Salah satu dari kita pun berseru
 “mari kita gantung mimpi ini setinggi langit,
Kalau pun jatuh, setidaknya ia kan jatuh di atas bintang-bintang”

Lalu kita pun mengejar mimpi-mimpi itu
Terkadang saling bersaing
Namun menyemangati satu sama lain
Saling menyeka keringat dan air mata
Hingga di antara kita telah mencapai titik di mana mimpi itu digantung
Namun yang lain?
Ada di antara kita yang mencapai titik baru
Bukan tempat di mana mimpinya pernah digantungkan
 sama sekali bukan
Awalnya sedikit tak paham kenapa jalan yang ditempuh bermuara berbeda
Ternyata Langit, tempat menggantungkan mimpi itu, luas adanya
Hosh...

Sekarang...
Kita telah berdiri di titik yang berbeda...
Masihkah kita bersemangat dengan mimpi-mimpi itu?
Aku sendiri?
Entahlah...
Aku merindukan semangat kita..
Merindukan masa-masa perjuangan kita..
Karena di titikku yang baru ini
Aku sedang berjuang sendiri


Semarang, 14 febrauri 2013
sebuah kegelisahan yg mendera
tentang mimpi-mimpi

Selasa, 12 Februari 2013

MENILIK SISI LAIN DARI MUSEUM FATAHILLAH , SAKSI BISU TENTANG PERKEMBANGAN KOTA TUA DAN MASYARAKAT INDONESIA (Bag. 1)


Setelah sekian tahun lamanya, akhirnya menginjakkan kaki juga di Kota Tua Jakarta. Hm gini tho  ternyata... sama seperti kota-kota tua lainnya, kondisinya kurang begitu terawat. Padahal tempat ini bisa menjadi tempat yang asyik untuk jalan-jalan menikmati suasana Indonesia tempo dulu saat Belanda masih singgah di sini,
                Salah satu magnet di Kota Lama ini adalah Museum Fatahillah yang telah menjadi bukti keberhasilan anak bangsa merebut Batavia dari tangan Belanda. Menurut sumber www.museumsejarahjakarta.com, Museum Fatahillah dulunya disebut Staadhuis. Gedung Staadhuis tidak hanya berfungsi sebagai kantor Balai Kota saja, akan tetapi juga sebagai kantor Dewan Urusan Perkawinan, Kantor Balai Harta (Jawatan Pegadaian) dan kantor Pengadilan (Raad Van Justitie). Oleh karena itu gedung Staadhuis tersebut oleh masyarakat dikenal juga sebagai Gedung Bicara. Gedung ini juga berfungsi sebagai kantor pengadilan sehingga dilengkapi sel penjara di lantai dasar.
                Setelah perang kemerdekaan, Staadhuis berubah  menjadi Balai kota Propinsi Jawa Barat sampai dengan bulan desember 1945 dan selanjutnya dijadikan Kantor Kodim 0503 Jakarta Barat, sedangkan dibagian belakang untuk tempat tinggal keluarga. Ketika dijadikan kantor KODIM 0503, Taman Fatahillah didepannya yang luas itu pernah berfungsi sebagai terminal bis kota. Hingga akhirnya pada tanggal 30 Maret 1974, Pemerintah DKI Jakarta memugar gedung tersebut dan diresmikan sebagai Museum Sejarah Jakarta.
Museum Fatahillah Terkini
                Selayaknya sebuah museum pada umumnya, Museum Fatahillah menyimpan berbagai macam benda dari zaman prasejarah maupun benda sejarah, selain itu juga terdapat berbagai etnografi di dalamnya. Halamannya dihiasi dengan beberapa meriam. Jika Anda masuk ke dalam menuju halaman belakang, ada sebuah patung Hermes yang berdiri tegak.
                Berkunjung di Museum Fatahillah, kita akan merasakan secara jelas atmosfer Indonesia di zaman Belanda, karena dikelilingi oleh bangunan tua lainnya. Tempat yang bagus untuk menciptakan moment dalam sebuah jepretan kamera. Selain itu juga, terdapat persewaan sepeda ontel yang akan membawa kita untuk berkeliling menikmati Kota Tua atau hanya sekedar berfoto ria ala Tuan dan Nona Belanda. Lihatlah bagaimana serunya teman-teman saya melakukan balap sepeda ontel... Sungguh menyenangkan meskipun matahari Jakarta begitu menyengat.

Kuliner Khas Pati : Petis Tangkar yang Selalu Bikin kangen



Kalo lagi pulang ke Pati tuch selalu kangen ama kuliner khasnya.. Yuppz... pasti udah tau lah kuliner khas Kota Pati yaitu Nasi Gandul...
Tapi ada yang lain yang juga bikin kangen nich... “Petis Tangkar” meskipun ini bukan makanan yang khas Pati tapi bikin ngangenin...

Ayow tahu nggak Petis Tangkar itu gimana? Yang jelas “petis” ini beda sama “petis” yang biasa kita makan sama tahu (tahu petis-red)
Kalo petis tangkar ini, diolahnya dari kaldu daging yang ditambah racikan rempah.. hm yummy lezat banget.. Mungkin yang belum tahu, pasti bingung kalo disajikan menu petis ini, soalnya cuma terlihat seperti kuah kental dengan irisan daging.
Tapi, buat kamu yang punya penyakit tekanan darah tinggi, jangan coba-coba makan dengan porsi banyak ya.. dijamin bakal naik tekanan darahnya.. yaiyalah menu ini punya kolesterol tinggi karena terdiri dari daging saja. Bayangkan sepiring kaldu daging ditambah irisan daging dan tangkar.
Nah menu ini cocok banget disantap kalo pas lagi ujan, dingin-dingin, Brrr.. jadi anget dech di badan.
Buat kamu yang pengen nyobain, nich tempat favoritku kalo lagi kangen petis tangkar, di daerah wedarijaksa tepatnya sebelah utara SMP N 1 Wedarijaksa.. kalo ke Pati cicipi nich Petis Tangkar nan lezat hanya dengan merogoh kocek Rp 5000,00 

Rabu, 02 Januari 2013

DUA MENIT PESAN YANG SYARAT MAKNA : SEBUAH PERWAJAHAN MASYARAKAT INDONESIA



Iklan merupakan sarana untuk mempromosikan suatu produk. Perusahaan pun saling berlomba untuk merebut perhatian konsumen dengan sajian iklan yang unik dan menarik. Ide-ide kreatif pun diburu. Dari yang paling nggak jelas, nggak nyambung dengan produknya (setelah lihat langsung bengong, maksudnya iklan ini apa?), memasukkan simbol-simbol terselubung, sampai ada yang menyajikan sebuah cerita penuh makna. Sayangnya, untuk jenis iklan terakkhir ini jarang ditemui. Hanya perusahaan berskala besar yang bisa membuatnya karena biaya yang disediakan pun juga banyak. Agak miris juga terkadang melihat iklan yang ada di Indonesia. Iklan bagus biasanya  malah dikeluarkan oleh perusahaan rokok.
                Sempet tertegun dengan sebuah iklan yang dibuat khusus oleh stasiun Televisi swasta terkemuka di Indonesia. Okey sebut saja Trans Corp. Saat melihat iklan ini keren banget, syarat makna. Buat pengingat nih, aku ceritakan sekilas tentang iklannya ya bagian intinya...
                Iklan ini bercerita tentang terjadinya kemacetan di jalan akibat tumbangnya sebuah pohon besar sehingga menghambat lajunya kendaraan. Anehnya para pengendara justru sibuk membunyikan klakson dan saling mencaci. Kondisi pun kian memanas, hingga tergeraklah seorang anak kecil (dikisahkan pengamen jalanan) untuk memindahkan sebuah pohon besar tersebut. Lalu datang anak kecil lainnya untuk membantu. Melihat semangat anak-anak tersebut, para pengendara pun turun ikut serta membantu memindahkan pohon tersebut ke tepi jalan.
                Mari kita mencoba menguraikan iklan ini satu persatu. Kondisi kemacetan yang digambarkan iklan tersebut menyiratkan perwajahan masyarakat Indonesia sekarang. Terkadang kita terlalu sibuk untuk mengkritisi permasalahan yang ada, mencaci, menyudutkan, dan sibuk mencari siapa yang patut dipersalahkan. Sehingga akhirnya kita tak sadar bahwa permasalahan ini semakin memburuk karena tidak segera teratasi.
                Lalu muncullah sebuah sosok problem solver. Nah sosok inilah yang berusaha untuk action mengatasi masalah tanpa harus terlalu banyak mencaci keadaan. Melihat lebih mendalam lagi, si problem solver di sini justru anak kecil. Hal ini menyiratkan bahwa kita sebagai generasi muda hendaklah melakukan sebuah perubahan, lebih banyak action, mengatasi permasalah dengan kepala dingin. Tidak mudah terbawa emosi yang ada. Talk less do more cocok banget untuk mengungkapkan makna iklan ini. So, bagi kamu para generasi muda, mari kita ubah budaya menyalahkan dengan budaya problem solver!