“hati tidak dapat patah. Taraf paling rendah yang diderita
penyakit hati adalah luka parah atau kelemahan oleh kelelahan menderita.
keduanya dapat sembuh. karena luka selalu ditutup kembali oleh kulit yang baru
dan sehat.” (keberangkatan)
Luka, siapa yang tidak pernah
merasa terluka? Ah tentunya semua orang pernah merasakannya. Luka fisik maupun
hati. Lalu kenapa bisa luka? Banyak faktor!
Tapi bisakah disembuhkan? Lamanya
tergantung si empunya.
Luka Hati, apa sebabnya?
Aiih
berbicara luka hati, hm penyebabnya bisa hal-hal yang sederhana bahkan sampai yang kompleks. Luka
itu muncul tidak hanya karena faktor eksternal tapi juga internal, dari dalam
diri sendiri. Luka yang disebabkan
lingkungan eksternal, misalnya perlakuan kasar orang lain terhadap diri
kita. Yang akhirnya membuat diri kita
menderita. Tapi guys, jika ini yang kamu alami, merasa lingkungan sekitarmu
bersikap terlalu kejam, ingatlah Allah senantiasa membersamai kita.
Faktor
penyebab luka yang lainnya, muncul dari dalam diri sendiri. Hal ini mampu
menimbulkan luka hati yang bersifat akut bahkan kronis. Kok bisa? Yupz... luka
ini biasanya timbul karena kemarahan kita pada seseorang yang bisa berakibat
benci, iri, dengki, dan ‘temen2 gengmya’. Nah ini lebih susah untuk
disembuhkan. Kalo faktor eksternal, selama kita tidak lagi bersinggungan dengan
lingkungan yang membuat kita terluka, tentunya
luka itu akan segera sembuh. Tapi, faktor internal itu ada di dalam diri
kita dan mengikuti kemana pun langkah kaki kita.
Luka, bagaimana menyembuhkannya?
Luka selalu ditutup kembali dengan kulit yang
baru dan sehat. Inilah kalimat yang diucapkan Lansih dalam novel
Keberangkatan karya NH. Dini. Jika dianalogikan, memang luka fisik itu jika
dirawat dan diobati dengan tepat bisa sembuh, Bagian yang terluka lama-lama
akan terkelupas dan kemudian diganti dengan kulit baru yang sehat. Namun, luka
yang tidak dirawat dengan baik tentu akan menimbulkan bekas yang tidak bisa
dihilangkan bahkan bisa menyebabkan infeksi yang akan menggerogoti organ tubuh
disekitarnya.
Begitu pula
dengan luka hati. Jika kita bisa merawat dan mengobati dengan cara yang tepat.
Tentu, luka itu akan hilang tidak menimbulkan bekas. Sangat berbahaya jika luka
itu dibiarkan yang akan menginfeksi seluruh hati kita. Hingga hati itu menjadi
mati dan keras. Padahal dijelaskan dalam hadist Ar’bain ke – 6,
Dari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir ra,
dia berkata, “ saya mendengar rasulullah saw, bersabda, “..... Ketahuilah,
bahwa di dalam tubuh terdapat segumpal daging, jika ia baik, maka baiklah
seluruh tubuh, dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh. Ketahuilah
bahwa itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bisa
dibayangkan ketika hati sudah mati, maka buruklah seluruh tubuh kita, buruklah
perbuatan kita. Lalu bagaimana cara menyembuhkannya? Kuncinya ada pada taraf
keimanan kita. Yupz.. jika iman kita kuat tentu hati akan lebih mudah terjaga.
Berikan asupan yang bergizi dengan memperbanyak ibadah harian semisal tilawah
dan berdzikir. Karena dengan menyebut nama Allah hati akan menjadi tenang, iya
kan? Selanjutnya belajar ikhlas dan memaafkan. Memang berat untuk melakukannya.
Sebagaimana orang yang menderita penyakit kanker, maka harus rajin kemoterapi.
Begitu juga dengan luka hati harus diterapi dengan sikap ikhlas dan memaafkan.
Keduanya akan melembutkan hati yang keras.
Luka hanya bisa disembuhkan oleh si pembuat luka
Begitu kata
seorang penyair terkenal, Kahlil Gibran. Ada benarnya juga memang. Ketika kita
disakiti oleh orang lain maka permintaan maafnya lah yang mampu menyembuhkan
rasa sakit hati kita. Tapi terkadang kita terlalu angkuh untuk memaafkan orang
lain. Hingga membuat luka itu semakin sakit dan sakit. Jika begini ceritanya,
ya semuanya tergantung dari dirimu sendiri. Hanya kamulah penawar luka atas
luka hatimu sendiri.
Ya
Allah, jika aku melukai hati hamba-Mu maka berikanlah aku kekuatan untuk
meminta maaf kepadanya.
Ya
Allah, jika hatiku terluka akibat perangai hamba-Mu maka berikanlah aku
kekuatan untuk memaafkan dirinya....
aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar