Jadi, ceritanya tentang sebuah puisi yang aku bacakan saat
wisuda komunitas Soto Babat. Memang, dua minggu sebelumnya, setiap peserta
sudah diminta untuk membuat sebuah puisi ataupun dongeng tentang perjalanan
selama mengikuti sekolah Soto Babat. Tapi karena belum sempat (lebih tepatnya
tidak menyempatkan diri), sampai detik keberangkatan menuju tempat wisuda, aku
pun belum membuatnya. Sempat membuat
beberapa coretan di kertas, namun baru dapat satu bait, ideku mandeg. Ya,
sudah. Akhirnya, sembari melihat teman-teman (sesama peserta) membacakan karya
mereka, setelah coret sana dan sini, jadilah puisi ini. #curhat #ketahuan
Nah, judul puisinya adalah “Pada Sebuah Pintu”. Ini pun baru
terpikir detik-detik sebelum bangkit menuju podium (halah, emangnya ada
podiumnya? Wkwkwk). Jadi, ya, harap maklum kalau puisinya kurang greget. Hehe...
(lagi-lagi pemakluman)
PADA
SEBUAH PINTU
Kuterpaku
pada sebuah pintu
Lama
sangat aku termangu
Kupandangi
lekat-lekat,
terukirkan
serangkai aksara
Kueja
perlahan
SE-LA-MAT
DA-TANG!
Kuterpaku
pada sebuah pintu
Lama
sangat aku termangu
Entah,
fikiranku berkecamuk
Akankah
kumembukanya?
Kuterpaku
pada sebuah pintu
Dalam
bayangku,
Begitu
banyak aksara yang menari dibaliknya
Ah,
haruskah kumembukanya?
Kuterpaku
pada sebuah pintu
Pada
setengah tahun yang lalu
Dan
kini...
kuterlahir
darinya