Selasa, 14 Februari 2012

"Lebih Dekat dengan Mentoring" sebuah perjuangan DAKWAH

-->
            Ketika globalisasi sedang gencar-gencarnya menekspos dirinya ke seluruh penjuru di dunia, coba lihatlah wajah Indonesia, negeri kita tercinta, yang sekarang sedang carut-marut tak tentu arah. Genderang demokrasi pun tak cukup didengar oleh pemimpin kita yang sedang asyik berebut kursi kekuasaan hingga tak mampu membedakan apa makna kebenaran. Rakyat yang sibuk mengutuki pemimpin karena merasa dikhianati hingga lupa apa arti sebuah kebangkitan. Para pemuda yang mulai atau bahkan sudah luntur akhlaknya (Naudzubillahi min dzalik...). Apa ini yang disebut zaman modern? Wahai pemuda,  dimanakah semangat Ali bin abi Thalib, Salman Al Farizi, Khalid bin walid? Masih adakah yang mewarisi pemuda ashaabul kahfi  dan pemuda ashaabul ukhdud?
            Di zaman yang katanya serba modern ini, sungguh sangat dirindukan kehadiran semangat pemuda seperti pemuda di zaman Rasulullah. Pemuda yang sangat mencintai dan dicintai Allah (subhanallah.... Semoga kita mampu menjadi salah satunya). Untuk membangkitkan semangat itu, maka kita harus memperbaiki akhlak para pemuda. Nah, muncullah suatu gerakan tarbiyah di institusi pendidikan, yakni mentoring.
Mengapa harus mentoring?
            “Mereka bagaikan buih terbawa banjir, tidak memiliki bobot dan tidak memiliki nilai”  Begitulah jawaban Rasulullah ketika salah seorang sahabatnya menanyakan bagaimana kondisi umat Islam di zaman sekarang ini.  Hal tersebut terbukti, 80% penduduk Indonesia memeluk agama Islam, tapi tak banyak yang paham dengan Islam itu sendiri. Nyatanya, degradasi moral terjadi di mana-mana, banyak kasus pembunuhan, pelecehan seksual, ditambah lagi kondisi mental bangsa Indonesia yang masih kental dengan ‘mistis’ terbukti dengan masih membudayanya kepercayaan masyarakat kepada dukun dan acara ritual sesembahan.
            Nah, maka dari itu mentoring dihadirkan untuk membangkitkan kembali semangat iman Islam. Mentoring bukanlah segala-galanya namun segala-galanya berawal dari mentoring. Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia dianugrahi Allah dengan jasad, hati, dan akal. Jika kebutuhan jasad dipenuhi dengan makan bergizi seperti sayur dan buah, makanan akal dengan mencari ilmu, maka asupan vitamin untuk hati salah satunya adalah dengan mentoring. Sehingga seimbang kondisi tubuh kita, tidak berat sebelah. Mengapa mentoring mengembangkan sayapnya di institusi pendidikan? Karena institusi pendidikan merupakan wahana pembentukan para pemuda. Sedangkan pemuda itu memiliki 3 peran penting salah satunya sebagai iron stock. Oleh karena itu, pemuda yang nantinya menentukan seperti apa negara kita mendatang. Jika pemudanya mampu dididik dengan baik serta jiwanya dipenuhi dengan akhlak Islam, tentu ia akan mampu menjadi pemimpin yang mampu menyejahterakan rakyatnya dan membumikan islam.
            Selain itu, mentoring mempunyai fungsi penting dalam memonitoring perkembangan keimanan para mentee-nya karena pementor akan senantiasa menanyakan perkembangan ibadah. Tidak hanya itu, mentoring juga merupakan wadah yang mampu digunakan sebagai ajang sharing atas permasalahan baik bersifat pribadi maupun umum. Selain itu, pementor juga memperhatikan bagaimana aktivitas pendidikan para mentee mengenai permasalahan belajar dan sebagainya. Hal penting lainnya, mentoring mampu merekatkan jalinan ukhuwah umat islam karena frekuensi pertemuan seminggu sekali.
Pasang surut Mentoring
            Mentoring merupakan suatu bentuk interaksi antara dua orang lebih yang memilki karakter berbeda. Oleh karenanya, pasti akan timbul gesekan seiring dengan berjalannya waktu.
Beberapa hal yang menjadi problematika selama mengikuti mentoring, yaitu :
1.      Sulit menentukan waktu yang tepat, karena masing-masing personal memiliki jadwal yang kuliah yang berbeda. Terlebih jika mengikuti beberapa organisasi atau ukm di kampus. Sementara itu, jika weekend, mentee sering menggunakan waktu tersebut untuk pulang kampung.
2.      Mentee malas untuk datang ke mentoring, karena kurang paham akan urgensi mentoring bagi diri mereka. Selain itu, menganggap bahwa berangkat mentoring hanya karena hal tersebut diwajibkan.
3.      Hubungan antara pementor dan mentee yang kurang erat. Hal ini bisa dikarenakan seorang pementor memegang beberapa kelompok mentoring sehingga kurang fokus terhadap para mentee.
4.      Pementor menyampaikan materi secara monoton sehingga mentee menjadi bosan.
5.      Untuk beberapa kasus, mentee tidak menyukai penampilan pementor yang berpakaian kurang matching.

Apa Dong Solusinya?
            Untuk mengatasi problem tersebut, kita perlu memperhatikan hal-hal berikut :
1.      Mengusahakan mentee yang memiliki jadwal kuliah yang sama agar mudah dalam menentukan jadwal kuliah.
2.      Pementor hendaknya mempersiapkan materi dengan baik serta harus kreatif dalam penyampaian materi agar mentee tidak merasa bosan selama mentoring.
3.      Melegalkan aktivitas mentoring di kampus. Jika birokrasi mendukung maka mentoring akan dapat berjalan lancar. Memungkinkan untuk menjadi syarat nilai mata kuliah agama Islam.
4.      Pementor harus berpenampilan menarik tapi tetap dalam koridor syar’i.
Bangunan Mentoring yang Ideal itu.....
            Pada zaman Rasulullah, mentoring lebih dikenal dengan sebutan Darul Arqam. Sebuah strategi dakwah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi . Darul Arqam merupakan sebuah majelis kecil yang terdiri dari delapan sampai sepuluh sahabat yang diselenggarakan di kediaman Arqam Bin Abil Arqam (makanya disebut Darul Arqam). Lalu apa saja aktivitas yang mereka lakukan? Rasulullah dan para sahabat duduk dengan posisi melingkar dan melakukan empat hal, yakni membaca Al-Qur’an, mempelajari Al-Qur’an, mempelajari sunnah, dan menyucikan ruhani. Karena mentoring pada awalnya terinspirasi dari Darul Arqam, maka idealnya mentoring juga terdiri dari empat aktivitas tersebut.
            Menurut Salim A. Fillah dalam bukunya Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim, beliau menyebut halaqah tersebut sebagai “Getar Cahaya dalam Atmosfer Cinta”. Subhanallah... Sangat dalam pemaknaannya. Karena halaqah ternyata merupakan wadah di mana orang-orang yang cinta terhadap Allah berkumpul, mengingat-Nya, mengkaji dien-Nya.
Lalu, Idealnya Seorang Pementor itu Seperti Apa???
            Kalau berbicara pementor yang ‘ideal’ seperti apa, pastinya kita akan merujuk pada sepuluh karakter muslim idaman, yakni (1) Salimul Aqidah; (2) Shohihul Ibadah; (3)Matinul Khuluq; (4)Qowwiyul Jismi; (5)Mutsaqqoful Fikri; (6) Mujahadatun Linafsihi; (7) Harishun ‘ala Waqtihi; (8)Munadoh fii su’unihi; (9)Qodirun ‘alal Kasbi; (10)Naafi’un Lighoirihi. Namun, sangat sulit memang untuk mencapai sepuluh karakter tersebut dan menemukan orang yang sesempurna itu ( bisa-bisa akan kesulitan mencari pementor).
Maka dari itu, paling tidak untuk menjadi seorang pementor, mesti konsisten dalam beribadah. Nah, parameter untuk ibadahnya yakni, sholat lima waktu, tilawah Al Qur’an, ibadah sunnah lainnya seperti puasa dan shalat sunnah. Selain itu, seorang pementor tidak hanya baik dalam segi ibadah namun juga segi akademik. Jadi mesti seimbang antar dunia dan akhiratnya. Dan satu hal yang paling penting , seorang pementor harus dimentoring juga
Andai Aku Seorang Pementor
            Seorang pementor harus mempersiapkan diri baik dari segi jasmani maupun ruhani. Kita juga harus punya mimpi, mau dibawa ke mana kelompok metoring ini. Sebagai seorang pementor, saya ingin agar kelompok mentoring saya terjalin suatu ikatan ukhuwah yang erat. Saya ingin membuat suatu salam khusus untuk mentee. Selain itu, saya punya rencana jika mentoring nanti kita tidak hanya di kampus atau di pojok ruangan mushola, tapi juga jalan-jalan seperti makan bareng atau tadabur alam. Halaqah disertai cerita-cerita atau games agar lebih menarik. Satu hal yang penting, saya berharap tidak hanya menjadikan para mentee untuk menjadi ahli ibadah tapi juga sukses di akademis. “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”(QS.Al Mujaadilah : 11)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar