Ketika
globalisasi sedang gencar-gencarnya menekspos dirinya ke seluruh penjuru di
dunia, coba lihatlah wajah Indonesia, negeri kita tercinta, yang sekarang
sedang carut-marut tak tentu arah. Genderang demokrasi pun tak cukup didengar
oleh pemimpin kita yang sedang asyik berebut kursi kekuasaan hingga tak mampu
membedakan apa makna kebenaran. Rakyat yang sibuk mengutuki pemimpin karena
merasa dikhianati hingga lupa apa arti sebuah kebangkitan. Para pemuda yang
mulai atau bahkan sudah luntur akhlaknya (Naudzubillahi min dzalik...). Apa ini
yang disebut zaman modern? Wahai pemuda,
dimanakah semangat Ali bin abi Thalib, Salman Al Farizi, Khalid bin
walid? Masih adakah yang mewarisi pemuda ashaabul kahfi dan pemuda ashaabul ukhdud?
Di
zaman yang katanya serba modern ini, sungguh sangat dirindukan kehadiran
semangat pemuda seperti pemuda di zaman Rasulullah. Pemuda yang sangat
mencintai dan dicintai Allah (subhanallah.... Semoga kita mampu menjadi salah
satunya). Untuk membangkitkan semangat itu, maka kita harus memperbaiki akhlak
para pemuda. Nah, muncullah suatu gerakan tarbiyah di institusi pendidikan,
yakni mentoring.
Mengapa
harus mentoring?
“Mereka bagaikan buih terbawa banjir, tidak
memiliki bobot dan tidak memiliki nilai” Begitulah jawaban Rasulullah ketika salah
seorang sahabatnya menanyakan bagaimana kondisi umat Islam di zaman sekarang
ini. Hal tersebut terbukti, 80% penduduk
Indonesia memeluk agama Islam, tapi tak banyak yang paham dengan Islam itu
sendiri. Nyatanya, degradasi moral terjadi di mana-mana, banyak kasus
pembunuhan, pelecehan seksual, ditambah lagi kondisi mental bangsa Indonesia
yang masih kental dengan ‘mistis’ terbukti dengan masih membudayanya
kepercayaan masyarakat kepada dukun dan acara ritual sesembahan.
Nah,
maka dari itu mentoring dihadirkan untuk membangkitkan kembali semangat iman
Islam. Mentoring bukanlah segala-galanya namun segala-galanya berawal dari
mentoring. Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia dianugrahi Allah dengan
jasad, hati, dan akal. Jika kebutuhan jasad dipenuhi dengan makan bergizi
seperti sayur dan buah, makanan akal dengan mencari ilmu, maka asupan vitamin
untuk hati salah satunya adalah dengan mentoring. Sehingga seimbang kondisi
tubuh kita, tidak berat sebelah. Mengapa mentoring mengembangkan sayapnya di
institusi pendidikan? Karena institusi pendidikan merupakan wahana pembentukan
para pemuda. Sedangkan pemuda itu memiliki 3 peran penting salah satunya sebagai
iron stock. Oleh karena itu, pemuda
yang nantinya menentukan seperti apa negara kita mendatang. Jika pemudanya
mampu dididik dengan baik serta jiwanya dipenuhi dengan akhlak Islam, tentu ia
akan mampu menjadi pemimpin yang mampu menyejahterakan rakyatnya dan membumikan
islam.
Selain
itu, mentoring mempunyai fungsi penting dalam memonitoring perkembangan
keimanan para mentee-nya karena pementor akan senantiasa menanyakan
perkembangan ibadah. Tidak hanya itu, mentoring juga merupakan wadah yang mampu
digunakan sebagai ajang sharing atas permasalahan baik bersifat pribadi maupun
umum. Selain itu, pementor juga memperhatikan bagaimana aktivitas pendidikan
para mentee mengenai permasalahan belajar dan sebagainya. Hal penting lainnya,
mentoring mampu merekatkan jalinan ukhuwah umat islam karena frekuensi
pertemuan seminggu sekali.
Pasang
surut Mentoring
Mentoring
merupakan suatu bentuk interaksi antara dua orang lebih yang memilki karakter
berbeda. Oleh karenanya, pasti akan timbul gesekan seiring dengan berjalannya
waktu.
Beberapa hal yang menjadi problematika selama
mengikuti mentoring, yaitu :
1. Sulit
menentukan waktu yang tepat, karena masing-masing personal memiliki jadwal yang
kuliah yang berbeda. Terlebih jika mengikuti beberapa organisasi atau ukm di
kampus. Sementara itu, jika weekend,
mentee sering menggunakan waktu tersebut untuk pulang kampung.
2. Mentee
malas untuk datang ke mentoring, karena kurang paham akan urgensi mentoring
bagi diri mereka. Selain itu, menganggap bahwa berangkat mentoring hanya karena
hal tersebut diwajibkan.
3. Hubungan
antara pementor dan mentee yang kurang erat. Hal ini bisa dikarenakan seorang
pementor memegang beberapa kelompok mentoring sehingga kurang fokus terhadap
para mentee.
4. Pementor
menyampaikan materi secara monoton sehingga mentee menjadi bosan.
5. Untuk
beberapa kasus, mentee tidak menyukai penampilan pementor yang berpakaian
kurang matching.
Apa
Dong Solusinya?
Untuk
mengatasi problem tersebut, kita perlu memperhatikan hal-hal berikut :
1. Mengusahakan
mentee yang memiliki jadwal kuliah yang sama agar mudah dalam menentukan jadwal
kuliah.
2. Pementor
hendaknya mempersiapkan materi dengan baik serta harus kreatif dalam
penyampaian materi agar mentee tidak merasa bosan selama mentoring.
3. Melegalkan
aktivitas mentoring di kampus. Jika birokrasi mendukung maka mentoring akan
dapat berjalan lancar. Memungkinkan untuk menjadi syarat nilai mata kuliah
agama Islam.
4. Pementor
harus berpenampilan menarik tapi tetap dalam koridor syar’i.
Bangunan
Mentoring yang Ideal itu.....
Pada
zaman Rasulullah, mentoring lebih dikenal dengan sebutan Darul Arqam. Sebuah
strategi dakwah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi . Darul Arqam merupakan
sebuah majelis kecil yang terdiri dari delapan sampai sepuluh sahabat yang
diselenggarakan di kediaman Arqam Bin Abil Arqam (makanya disebut Darul Arqam).
Lalu apa saja aktivitas yang mereka lakukan? Rasulullah dan para sahabat duduk
dengan posisi melingkar dan melakukan empat hal, yakni membaca Al-Qur’an,
mempelajari Al-Qur’an, mempelajari sunnah, dan menyucikan ruhani. Karena mentoring
pada awalnya terinspirasi dari Darul Arqam, maka idealnya mentoring juga
terdiri dari empat aktivitas tersebut.
Menurut
Salim A. Fillah dalam bukunya Saksikan
Bahwa Aku Seorang Muslim, beliau menyebut halaqah tersebut sebagai “Getar
Cahaya dalam Atmosfer Cinta”. Subhanallah...
Sangat dalam pemaknaannya. Karena halaqah ternyata merupakan wadah di mana
orang-orang yang cinta terhadap Allah berkumpul, mengingat-Nya, mengkaji
dien-Nya.
Lalu,
Idealnya Seorang Pementor itu Seperti Apa???
Kalau
berbicara pementor yang ‘ideal’ seperti apa, pastinya kita akan merujuk pada
sepuluh karakter muslim idaman, yakni (1) Salimul Aqidah; (2) Shohihul Ibadah;
(3)Matinul Khuluq; (4)Qowwiyul Jismi; (5)Mutsaqqoful Fikri; (6) Mujahadatun
Linafsihi; (7) Harishun ‘ala Waqtihi; (8)Munadoh fii su’unihi; (9)Qodirun ‘alal
Kasbi; (10)Naafi’un Lighoirihi. Namun, sangat sulit memang untuk mencapai
sepuluh karakter tersebut dan menemukan orang yang sesempurna itu ( bisa-bisa
akan kesulitan mencari pementor).
Maka
dari itu, paling tidak untuk menjadi seorang pementor, mesti konsisten dalam
beribadah. Nah, parameter untuk ibadahnya yakni, sholat lima waktu, tilawah Al
Qur’an, ibadah sunnah lainnya seperti puasa dan shalat sunnah. Selain itu,
seorang pementor tidak hanya baik dalam segi ibadah namun juga segi akademik.
Jadi mesti seimbang antar dunia dan akhiratnya. Dan satu hal yang paling
penting , seorang pementor harus dimentoring juga
Andai
Aku Seorang Pementor
Seorang
pementor harus mempersiapkan diri baik dari segi jasmani maupun ruhani. Kita
juga harus punya mimpi, mau dibawa ke mana kelompok metoring ini. Sebagai
seorang pementor, saya ingin agar kelompok mentoring saya terjalin suatu ikatan
ukhuwah yang erat. Saya ingin membuat suatu salam khusus untuk mentee. Selain
itu, saya punya rencana jika mentoring nanti kita tidak hanya di kampus atau di
pojok ruangan mushola, tapi juga jalan-jalan seperti makan bareng atau tadabur
alam. Halaqah disertai cerita-cerita atau games agar lebih menarik. Satu hal
yang penting, saya berharap tidak hanya menjadikan para mentee untuk menjadi
ahli ibadah tapi juga sukses di akademis. “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”(QS.Al
Mujaadilah : 11)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar