Tak
pernah terlintas dalam fikiranku akan berada dalam posisi ini, mengemban
amanah, berjalan di arena dakwah seperti ini. Terkadang, ingin rasanya lari
menghindar karena kelelahan kecil ataupun celoteh tajam. Ya ALLAH... teguhkanlah hamba untuk senantiasa
tegak di jalan dakwah ini.
...................................................................................................................................................
Sering terlontar tanya, “Sejak kapan berjilbab?”
“Sejak kuliah”, jawabku tenang
“Oia?? Masa sich? Aku pikir udah sejak SMA.. ”
“Kenapa?”
“Pantesan si X itu kaget banget leat kamu sekarang,
katanya kamu beda banget. Dia temanmu SMA kan?”
“iya, sebenarnya sih temen sejak SMP, cuma nggak deket
hanya sekedar kenal. . Maklum kalau dia agak kaget.”
......................................................................................................................................................
Sedikit flashback....
Teringat masa-masa dulu, disaat diri ini masih jauh dari
hijab. Namun, bukan berarti suka berpakaian yang ala you can see, ketat ataupun
“terbuka” yang terkesan seksi. Gayaku masih cukup sopanlah untuk orang timur
dan sejatinya aku memang tidak terlalu nyaman kalau memakai pakaian ketat
apalagi terbuka.
Pemahaman mengenai agama pun yach lumayanlah, soalnya
dulu sempet masuk Madrasah Ibtidaiyah (sekolah islam tapi masuknya siang, deket
rumah) walau tidak sampai selesai, kelas 5 keluar, soalnya ngerasa capek, susah
ngatur waktu. Yach maklum, pagi berangkat sekolah dasar, pulang, istirahat
bentar sekolah lagi di MI. Sok sibuk banget yah, padahal sebenarnya sih alasan
utamanya udah males aja, hehe ;P
Suatu ketika pernah terlibat obrolan kecil dengan sobat
segenk waktu SMP (sebenernya kami tidak suka dengan istilah ‘genk’ lebih suka
menyebutnya sebagai kelompok persahabatan), masih amah, mengenai ‘Kapan yah
kita pake jilbab’. Salah satu temenku waktu itu bilang pengen berjilbab ketika
kuliah nanti, yach dia yang paling
semangat untuk berjilbab waktu itu. Ada juga yang pengen berjilbab saat
sudah menikah nanti. Yang lain sepakat untuk berjilbab saat kuliah. Sementara
aku, saat itu masih tidak yakin, kapan mau berjilbab. Alasanku cukup klise,
ingin menata hati dulu baru berjilbab. Pikirku, buat apa berjilbab kalau
perilaku kita tidak sesuai syariah. Dan teman-temanku mengamini hal ini.
Saat masuk SMA,
ibu sempat menyuruh untuk berjilbab, hanya saja aku menolak dengan alasan belum
siap. Waktu itu aku merasa akan kurang nyaman saja kalau mesti pakai jilbab ke sekolah. Merasa
tidak PeDe gitulah. Padahal saat itu aku sudah paham benar bahwa berjilbab itu
merupakan kewajiban seorang muslimah yang tidak bisa ditawar ataupun ditunda. (Astagfirullah....)
Di awal tahun masuk SMA, mulai muncullah kerinduan untuk
mengkaji ilmu agama. Sungguh, inilah karunia Allah, ketika cahaya itu mulai
tersibak sedikit demi sedikit. Selalu terbesit dalam pikiranku, apa yang telah
aku persiapkan untuk akhiratku nanti. Apa yang bisa aku lakukan untuk membalas
kedua orang tuaku? Tentunya, doa anak sholeh yang mampu memberatkan nilai
amalan bagi orang tua. Selain itu, ini merupakan pintu gerbang untuk menata
hati sebelum aku berjilbab. Tahun kedua akupun tertarik untuk ikut kajian IQRO
(sejenis perkumpulan untuk para akhwat ketika ikhwan mengerjakan ibadah sholat
jum’at).
Inilah awal dari perjalanan duniaku di dunia dakwah.
Kebetulan aku mendapat amanah untuk mengurus acara IQRO dan secara tidak
langsung aktif di Rohis Al-Izzah (nama Rohis SMA 1 Pati). Aku mulai masuk dalam
halaqah dikelilingi oleh para jilbaber. Terkadang ada perasaan agak minder
karena hanya aku dan seorang temanku yang tidak berjilbab dalam lingkaran
halaqah. Jadi kalau temanku itu tidak
berangkat maka akulah satu-satunya yang tidak berjilbab.
Banyak hal yang aku dapatkan selama berada di lingkungan
ini. Bertambahnya ilmu tentang agama (bahkan mengenai hijab) dan meningkatnya
ibadah harianku contoh kecilnya lebih terjaga tilawahnya meskipun hanya 5 hari
dalam seminggu. Bahkan aku dipercaya untuk menjadi asisten pementor padahal aku
tidak berjilbab. Masih teringat bagaimana ekspresi salah satu guru agamaku yang
terkesan kaget karena aku salah satu asisten pementor. Tapi, hal ini belum juga
menumbuhkan keinginan untuk segera berjilbab.
...................................................................................................................................................
“Kadang orang berfikir untuk menata hati dulu, jika sudah
mampu menjaga sikap baru berjilbab. Tapi bagiku, dengan berjilbab, kita justru
bisa menata hati dan menjaga perilaku agar sesuai syari’ah,” ucap seorang teman
seusai sholat dhuha. Sempat tertegun mendengarnya dan hati kecil ini pun
diam-diam membenarkan.
Hari berlalu dan akupun melupakan perkataan di pagi itu.
Hingga suatu ketika aku menemukan kalimat yang sama di dalam buku yang ku baca
(judulnya apa aku lupa, yang pasti buku itu bercerita seputar berjilbab). “Banyak wanita yang menunda untuk berjilbab
dengan alasan ingin menata hati dulu, memperbaiki perilaku baru berjilbab.
Padahal itu hanyalah bujuk rayu syaitan yang menghalangimu untuk berjilbab”
kurang lebihnya begitu. Di buku yang lain (lagi-lagi lupa judulnya)
menambahkan, “Mengapa mesti memilah-milah
dalam menjalankan perintah-Nya, sebagaimana sikap Yahudi.” (Maaf jika
redaksionalnya tidak sesuai tapi intinya begitu). Hal ini dapat kita temukan dalam QS.
Al-Baqarah : 85, “ Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab
(Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang
yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia,
dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah
tidak lengah dari apa yang kamu perbuat”
Sejak itu,
banyak hal yang aku pikirkan. Aku mulai mengagumi sosok jilbaber. Betapa
mulianya mereka sebagai wanita, mampu menunjukkan identitas sebagai seorang
muslimah. Terkadang iri melihat anak perempuan yang lebih muda dariku tapi
lebih dulu berjilbab. Sementara itu, melihat teman-teman yang mulai mengenakan
jilbab, keinginan untuk berjilbab pun mulai timbul kuat.
..................................................................................................................................................
Sore itu, aku beranikan diri
mengutarakan keinginanku untuk berjilbab kepada ibuku. Namun, ibu berkata nanti
saja kalau kuliah. Waktu itu, aku kelas XII dan akan memasuki semester 2,
sangat berat bagi ibuku untuk membelikanku seragam sekolah yang baru. Jadi, atas pertimbangan itulah beliau
menyarankan untuk menunda sampai lulus. Sedih sekali rasanya harus menunda
untuk mengenakan jilbab, Tak terasa air mata pun menetes. Ada penyesalan kenapa
aku dulu menolak saat ibu menawarkan untuk berjilbab.
Meski begitu, aku sudah mulai belajar mengenakan jilbab
jika mendatangi suatu acara atau pergi ke tempat yang memiliki jarak tempuh
jauh. Ibu membantuku mempersiapkan segala sesuatunya, membelikan aku baju dan
jilbab walau hanya 1-2 potong. Segala
sesuatunya aku lakukan secara bertahap hingga memasuki dunia perkuliahan.
Jikalau dulu tidak mengenakan jilbab saat menjaga toko (kebetulan ortu punya
usaha kecil-kecilan di rumah) bahkan ke rumah tetangga. Sekarang alhamdulillah
sudah dikuatkan untuk berjilbab. Semoga Istiqomah menyempurnakan jilbab hingga
akhir hayat.
........................................................................................................................................................
Begitulah
kisahnya mengapa aku berjilbab. Mungkin bagi sebagian orang tidak begitu
menarik karena aku tidak mengalami kejadian spiritual yang mengagumkan dan
menggetarkan jiwa yang mendengarkan atau membaca kisahnya. Tapi, beginilah cara
Allah menyadarkanku melalui hal yang sederhana. Tidak perlu menunggu hal-hal
besar terjadi, untuk berubah menjadi lebih baik. Cukuplah kalian merenungi
setiap detik yang telah dilalui.Fikirkan, pahami, dan resapi......
“Ya Allah jadikanlah aku hamba-Mu yang
sholeh...”
Sepotong
Doa yang pernah terucap di masa lampau dan begitulah cara Allah mengabulkan doa
hamba-Nya
Saudariku, kapankah engkau akan
berjilbab? Menutup perhiasanmu agar tidak mudah di rusak orang lain. Janganlah
menunggu terlalu lama, berjilbablah segera.
Saudariku, ceritakanlah
kisahmu......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar