Minggu, 26 Februari 2012

HE’S NOT A GOOD BOY, Girls!! Jadi, Ngapain Ditangisin?? Nggak Banget deh.....

(Oops, maaf gambarnya agak provokatif nich, hehe)
            Assalamualaikum......
            Cinta, cinta, cinta, ehm... emang nggak ada habisnya ya kalo ngomongin soal cinta.... Apalagi nich ngomongin soal cintanya anak muda jaman sekarang, wuih.... makin aneh-aneh aja...
            Uhm jadi inget lagu yang sempet tren neh, “Kau.... harusnya memilih aku.... lupakan dia, lupakan dia, datanglah kepadaku....”  kayaknya ngenes banget gitu, tapi ya memang beginilah kisah cinta anak muda jaman sekarang. Kejatuhan cinta, trus timbul rasa ingin memiliki, ngedeketin, begitu deket, eh..... si Doi jadian sama yang lain.... Patah Hati deh. Mending kalo masih berfikiran jernih, nah kalo masih keukeuh ngejar-ngejar si Doi sampe menghalalkan segala cara buat merebut si Doi... (wah-wah sinetron banget neh) Udah deh... di mana harga dirimu, nak? –Naudzubillahi min dzalik-
            Dalam kondisi tersebut, saya cenderung lebih setuju dengan ungkapannya mb Audy ...Berat hati menerima kehilanganmu, Tegarkan aku saat kau memilih dirinya.... Pergi cinta, hapus bayanganku cinta, bahagiakan dia cinta, sampai akhir waktu engkau bersamanya...” ihiiirrr terkesan lebih fair lah.    Ya udah terima nasib gitu....

Ketika si Merah Jambu menyapa....
            Si Merah Jambu tak pernah pilih kasih, ia menyapa siapa saja yang ditemui... Pesonanya begitu memikat hati, mengaburkan pandangan, sehingga tak sadar jika langkah kaki ini terjerat nafsu
            Iyapz, cinta itu emang nggak pandang bulu, siap mengetuk pintu siapapun. Tak pelak jua, saudariku yang sedang istiqomah menjadi muslimah. Memang urusan menjilbabi hati itu lebih susah daripada menjilbabi badan. Terkadang perasaan itu pun membuncah ingin diungkapkan. Akan tetapi ikatan yang halal terasa sulit untuk disambungkan.
            Ketika seorang akhwat (cewek) jatuh cinta kepada ikhwan (cowok)            dan sebaliknya adalah suatu kewajaran, sudah jadi fitrahnya (jika tidak, itu yang nggak wajar). Namun gimana ya cara memanajemen perasaan itu? Tidak mungkin jika langsung diungkapkan ke empunya (kecuali kalau sudah siap buat sebar undangan walimah / pernikahan). Maka satu-satunya cara ya.... Cintailah dia dalam diam
Cintailah dia dalam diam
            Gimana caranya tuh mencintai seseorang dalam diam?? Ya... nggak usah diungkapin, biarlah hanya dirimu dan Allah yang tahu. Cintailah dia dalam diam sampe kamu telah benar-benar siap untuk menyempurnakan agamamu dengan jalan menikah. Hal ini lebih memudahkan untuk mengontrol perasaanmu dan menjaga frekuensi ibadah.
            Tapi, ya begitu, emang beeeerrrrraaaaaaaaaaaaaatttttttttttttttttttt banget buat menjaga hati. Terkadang suka takut, gimana ya kalo dia justru memilih orang lain??
He is not a good boy
            Sakit rasanya kalau disakiti sama orang yang kita sayangi. Misalnya nich, suka sama cowok dan cowok itu suka sama kita juga. Nah, kita udah berusaha sekuat tenaga buat mengontrol hati, menjaga perasaan agar tidak tersandung dalam jurang hawa nafsu. Eeh... cowok itu malah pacaran sama cewek lain. Padahal kita udah berharap tuh, suatu saat cowok itu akan datang untuk menjalin ikatan yang halal (baca:nikah). Dan PUPUS-lah harapan itu. Sakit, sakiiiit hati ini.
            Mungkin saat pertama kali, kamu akan menangis sejadi-jadinya. Mulai melankolis dan berandai-andai. Andai aku memberitahukan perasaanku. Andai aku bisa menjalani hal itu dengannya (baca:Pacaran). Andai dan andai. Astagfirullah.... Hilangkan tuh yang namanya berandai-andai dari fikiranmu. Justru kamu harusnya bersyukur kepada Allah yang telah meneguhkan Imanmu. Allah itu sedang menunjukkan, “ini lho cowok yang kamu sukai itu sebenernya kayak gini, nggak pantes buat kamu. Soalnya cintanya ke kamu itu bukan cinta yang berlandaskan cinta karena-Ku”
            Coba berfikrlah jernih. Hapus air matamu. Lupakan dia (meski sulit dan perlu tahapan), ikhlasin aja buat yang laen. Dan buka hatimu untuk seorang yang akan mencintaimu karena Allah (so sweet...^^). Bukankah Allah itu Yang Maha Pembolak-Balik Hati hamba-Nya. Dialah yang mendatangkan perasaan cinta dan Dia pula yang akan menghapus cinta itu dari hatimu, selama engkau ikhlas dan senantiasa berprasangka baik terhadapnya. Sungguh Dia akan menggantinya dengan cinta yang lebih indaha yag lebih patut engkau dapatkan. Insya ALLAH
            He is not a good boy, girls! Jadi, ngapain ditangisin, nggak banget....
            Wassalamualaikum.................

Tembalang, 16 Februari 2012
Pukul 23.51

Selasa, 14 Februari 2012

"Lebih Dekat dengan Mentoring" sebuah perjuangan DAKWAH

-->
            Ketika globalisasi sedang gencar-gencarnya menekspos dirinya ke seluruh penjuru di dunia, coba lihatlah wajah Indonesia, negeri kita tercinta, yang sekarang sedang carut-marut tak tentu arah. Genderang demokrasi pun tak cukup didengar oleh pemimpin kita yang sedang asyik berebut kursi kekuasaan hingga tak mampu membedakan apa makna kebenaran. Rakyat yang sibuk mengutuki pemimpin karena merasa dikhianati hingga lupa apa arti sebuah kebangkitan. Para pemuda yang mulai atau bahkan sudah luntur akhlaknya (Naudzubillahi min dzalik...). Apa ini yang disebut zaman modern? Wahai pemuda,  dimanakah semangat Ali bin abi Thalib, Salman Al Farizi, Khalid bin walid? Masih adakah yang mewarisi pemuda ashaabul kahfi  dan pemuda ashaabul ukhdud?
            Di zaman yang katanya serba modern ini, sungguh sangat dirindukan kehadiran semangat pemuda seperti pemuda di zaman Rasulullah. Pemuda yang sangat mencintai dan dicintai Allah (subhanallah.... Semoga kita mampu menjadi salah satunya). Untuk membangkitkan semangat itu, maka kita harus memperbaiki akhlak para pemuda. Nah, muncullah suatu gerakan tarbiyah di institusi pendidikan, yakni mentoring.
Mengapa harus mentoring?
            “Mereka bagaikan buih terbawa banjir, tidak memiliki bobot dan tidak memiliki nilai”  Begitulah jawaban Rasulullah ketika salah seorang sahabatnya menanyakan bagaimana kondisi umat Islam di zaman sekarang ini.  Hal tersebut terbukti, 80% penduduk Indonesia memeluk agama Islam, tapi tak banyak yang paham dengan Islam itu sendiri. Nyatanya, degradasi moral terjadi di mana-mana, banyak kasus pembunuhan, pelecehan seksual, ditambah lagi kondisi mental bangsa Indonesia yang masih kental dengan ‘mistis’ terbukti dengan masih membudayanya kepercayaan masyarakat kepada dukun dan acara ritual sesembahan.
            Nah, maka dari itu mentoring dihadirkan untuk membangkitkan kembali semangat iman Islam. Mentoring bukanlah segala-galanya namun segala-galanya berawal dari mentoring. Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia dianugrahi Allah dengan jasad, hati, dan akal. Jika kebutuhan jasad dipenuhi dengan makan bergizi seperti sayur dan buah, makanan akal dengan mencari ilmu, maka asupan vitamin untuk hati salah satunya adalah dengan mentoring. Sehingga seimbang kondisi tubuh kita, tidak berat sebelah. Mengapa mentoring mengembangkan sayapnya di institusi pendidikan? Karena institusi pendidikan merupakan wahana pembentukan para pemuda. Sedangkan pemuda itu memiliki 3 peran penting salah satunya sebagai iron stock. Oleh karena itu, pemuda yang nantinya menentukan seperti apa negara kita mendatang. Jika pemudanya mampu dididik dengan baik serta jiwanya dipenuhi dengan akhlak Islam, tentu ia akan mampu menjadi pemimpin yang mampu menyejahterakan rakyatnya dan membumikan islam.
            Selain itu, mentoring mempunyai fungsi penting dalam memonitoring perkembangan keimanan para mentee-nya karena pementor akan senantiasa menanyakan perkembangan ibadah. Tidak hanya itu, mentoring juga merupakan wadah yang mampu digunakan sebagai ajang sharing atas permasalahan baik bersifat pribadi maupun umum. Selain itu, pementor juga memperhatikan bagaimana aktivitas pendidikan para mentee mengenai permasalahan belajar dan sebagainya. Hal penting lainnya, mentoring mampu merekatkan jalinan ukhuwah umat islam karena frekuensi pertemuan seminggu sekali.
Pasang surut Mentoring
            Mentoring merupakan suatu bentuk interaksi antara dua orang lebih yang memilki karakter berbeda. Oleh karenanya, pasti akan timbul gesekan seiring dengan berjalannya waktu.
Beberapa hal yang menjadi problematika selama mengikuti mentoring, yaitu :
1.      Sulit menentukan waktu yang tepat, karena masing-masing personal memiliki jadwal yang kuliah yang berbeda. Terlebih jika mengikuti beberapa organisasi atau ukm di kampus. Sementara itu, jika weekend, mentee sering menggunakan waktu tersebut untuk pulang kampung.
2.      Mentee malas untuk datang ke mentoring, karena kurang paham akan urgensi mentoring bagi diri mereka. Selain itu, menganggap bahwa berangkat mentoring hanya karena hal tersebut diwajibkan.
3.      Hubungan antara pementor dan mentee yang kurang erat. Hal ini bisa dikarenakan seorang pementor memegang beberapa kelompok mentoring sehingga kurang fokus terhadap para mentee.
4.      Pementor menyampaikan materi secara monoton sehingga mentee menjadi bosan.
5.      Untuk beberapa kasus, mentee tidak menyukai penampilan pementor yang berpakaian kurang matching.

Apa Dong Solusinya?
            Untuk mengatasi problem tersebut, kita perlu memperhatikan hal-hal berikut :
1.      Mengusahakan mentee yang memiliki jadwal kuliah yang sama agar mudah dalam menentukan jadwal kuliah.
2.      Pementor hendaknya mempersiapkan materi dengan baik serta harus kreatif dalam penyampaian materi agar mentee tidak merasa bosan selama mentoring.
3.      Melegalkan aktivitas mentoring di kampus. Jika birokrasi mendukung maka mentoring akan dapat berjalan lancar. Memungkinkan untuk menjadi syarat nilai mata kuliah agama Islam.
4.      Pementor harus berpenampilan menarik tapi tetap dalam koridor syar’i.
Bangunan Mentoring yang Ideal itu.....
            Pada zaman Rasulullah, mentoring lebih dikenal dengan sebutan Darul Arqam. Sebuah strategi dakwah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi . Darul Arqam merupakan sebuah majelis kecil yang terdiri dari delapan sampai sepuluh sahabat yang diselenggarakan di kediaman Arqam Bin Abil Arqam (makanya disebut Darul Arqam). Lalu apa saja aktivitas yang mereka lakukan? Rasulullah dan para sahabat duduk dengan posisi melingkar dan melakukan empat hal, yakni membaca Al-Qur’an, mempelajari Al-Qur’an, mempelajari sunnah, dan menyucikan ruhani. Karena mentoring pada awalnya terinspirasi dari Darul Arqam, maka idealnya mentoring juga terdiri dari empat aktivitas tersebut.
            Menurut Salim A. Fillah dalam bukunya Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim, beliau menyebut halaqah tersebut sebagai “Getar Cahaya dalam Atmosfer Cinta”. Subhanallah... Sangat dalam pemaknaannya. Karena halaqah ternyata merupakan wadah di mana orang-orang yang cinta terhadap Allah berkumpul, mengingat-Nya, mengkaji dien-Nya.
Lalu, Idealnya Seorang Pementor itu Seperti Apa???
            Kalau berbicara pementor yang ‘ideal’ seperti apa, pastinya kita akan merujuk pada sepuluh karakter muslim idaman, yakni (1) Salimul Aqidah; (2) Shohihul Ibadah; (3)Matinul Khuluq; (4)Qowwiyul Jismi; (5)Mutsaqqoful Fikri; (6) Mujahadatun Linafsihi; (7) Harishun ‘ala Waqtihi; (8)Munadoh fii su’unihi; (9)Qodirun ‘alal Kasbi; (10)Naafi’un Lighoirihi. Namun, sangat sulit memang untuk mencapai sepuluh karakter tersebut dan menemukan orang yang sesempurna itu ( bisa-bisa akan kesulitan mencari pementor).
Maka dari itu, paling tidak untuk menjadi seorang pementor, mesti konsisten dalam beribadah. Nah, parameter untuk ibadahnya yakni, sholat lima waktu, tilawah Al Qur’an, ibadah sunnah lainnya seperti puasa dan shalat sunnah. Selain itu, seorang pementor tidak hanya baik dalam segi ibadah namun juga segi akademik. Jadi mesti seimbang antar dunia dan akhiratnya. Dan satu hal yang paling penting , seorang pementor harus dimentoring juga
Andai Aku Seorang Pementor
            Seorang pementor harus mempersiapkan diri baik dari segi jasmani maupun ruhani. Kita juga harus punya mimpi, mau dibawa ke mana kelompok metoring ini. Sebagai seorang pementor, saya ingin agar kelompok mentoring saya terjalin suatu ikatan ukhuwah yang erat. Saya ingin membuat suatu salam khusus untuk mentee. Selain itu, saya punya rencana jika mentoring nanti kita tidak hanya di kampus atau di pojok ruangan mushola, tapi juga jalan-jalan seperti makan bareng atau tadabur alam. Halaqah disertai cerita-cerita atau games agar lebih menarik. Satu hal yang penting, saya berharap tidak hanya menjadikan para mentee untuk menjadi ahli ibadah tapi juga sukses di akademis. “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”(QS.Al Mujaadilah : 11)

Minggu, 12 Februari 2012

Hijab : Sebuah Metamorfosis menuju kesempurnaan sebagai seorang Muslimah

-->
                Tak pernah terlintas dalam fikiranku akan berada dalam posisi ini, mengemban amanah, berjalan di arena dakwah seperti ini. Terkadang, ingin rasanya lari menghindar karena kelelahan kecil ataupun celoteh tajam.  Ya ALLAH... teguhkanlah hamba untuk senantiasa tegak di jalan dakwah ini.
          ...................................................................................................................................................
            Sering terlontar tanya, “Sejak kapan berjilbab?”
            “Sejak kuliah”, jawabku tenang
            “Oia?? Masa sich? Aku pikir udah sejak SMA.. ”
            “Kenapa?”
            “Pantesan si X itu kaget banget leat kamu sekarang, katanya kamu beda banget. Dia temanmu SMA kan?”
            “iya, sebenarnya sih temen sejak SMP, cuma nggak deket hanya sekedar kenal. . Maklum kalau dia agak kaget.”
            ......................................................................................................................................................
            Sedikit flashback....
            Teringat masa-masa dulu, disaat diri ini masih jauh dari hijab. Namun, bukan berarti suka berpakaian yang ala you can see, ketat  ataupun “terbuka” yang terkesan seksi. Gayaku masih cukup sopanlah untuk orang timur dan sejatinya aku memang tidak terlalu nyaman kalau memakai pakaian ketat apalagi terbuka.
            Pemahaman mengenai agama pun yach lumayanlah, soalnya dulu sempet masuk Madrasah Ibtidaiyah (sekolah islam tapi masuknya siang, deket rumah) walau tidak sampai selesai, kelas 5 keluar, soalnya ngerasa capek, susah ngatur waktu. Yach maklum, pagi berangkat sekolah dasar, pulang, istirahat bentar sekolah lagi di MI. Sok sibuk banget yah, padahal sebenarnya sih alasan utamanya udah males aja, hehe ;P
            Suatu ketika pernah terlibat obrolan kecil dengan sobat segenk waktu SMP (sebenernya kami tidak suka dengan istilah ‘genk’ lebih suka menyebutnya sebagai kelompok persahabatan), masih amah, mengenai ‘Kapan yah kita pake jilbab’. Salah satu temenku waktu itu bilang pengen berjilbab ketika kuliah nanti, yach dia yang paling  semangat untuk berjilbab waktu itu. Ada juga yang pengen berjilbab saat sudah menikah nanti. Yang lain sepakat untuk berjilbab saat kuliah. Sementara aku, saat itu masih tidak yakin, kapan mau berjilbab. Alasanku cukup klise, ingin menata hati dulu baru berjilbab. Pikirku, buat apa berjilbab kalau perilaku kita tidak sesuai syariah. Dan teman-temanku mengamini hal ini.
             Saat masuk SMA, ibu sempat menyuruh untuk berjilbab, hanya saja aku menolak dengan alasan belum siap. Waktu itu aku merasa akan kurang nyaman saja  kalau mesti pakai jilbab ke sekolah. Merasa tidak PeDe gitulah. Padahal saat itu aku sudah paham benar bahwa berjilbab itu merupakan kewajiban seorang muslimah yang tidak bisa ditawar ataupun ditunda. (Astagfirullah....)
            Di awal tahun masuk SMA, mulai muncullah kerinduan untuk mengkaji ilmu agama. Sungguh, inilah karunia Allah, ketika cahaya itu mulai tersibak sedikit demi sedikit. Selalu terbesit dalam pikiranku, apa yang telah aku persiapkan untuk akhiratku nanti. Apa yang bisa aku lakukan untuk membalas kedua orang tuaku? Tentunya, doa anak sholeh yang mampu memberatkan nilai amalan bagi orang tua. Selain itu, ini merupakan pintu gerbang untuk menata hati sebelum aku berjilbab. Tahun kedua akupun tertarik untuk ikut kajian IQRO (sejenis perkumpulan untuk para akhwat ketika ikhwan mengerjakan ibadah sholat jum’at).
            Inilah awal dari perjalanan duniaku di dunia dakwah. Kebetulan aku mendapat amanah untuk mengurus acara IQRO dan secara tidak langsung aktif di Rohis Al-Izzah (nama Rohis SMA 1 Pati). Aku mulai masuk dalam halaqah dikelilingi oleh para jilbaber. Terkadang ada perasaan agak minder karena hanya aku dan seorang temanku yang tidak berjilbab dalam lingkaran halaqah. Jadi kalau temanku itu  tidak berangkat maka akulah satu-satunya yang tidak berjilbab.
            Banyak hal yang aku dapatkan selama berada di lingkungan ini. Bertambahnya ilmu tentang agama (bahkan mengenai hijab) dan meningkatnya ibadah harianku contoh kecilnya lebih terjaga tilawahnya meskipun hanya 5 hari dalam seminggu. Bahkan aku dipercaya untuk menjadi asisten pementor padahal aku tidak berjilbab. Masih teringat bagaimana ekspresi salah satu guru agamaku yang terkesan kaget karena aku salah satu asisten pementor. Tapi, hal ini belum juga menumbuhkan keinginan untuk segera berjilbab.
            ...................................................................................................................................................
            “Kadang orang berfikir untuk menata hati dulu, jika sudah mampu menjaga sikap baru berjilbab. Tapi bagiku, dengan berjilbab, kita justru bisa menata hati dan menjaga perilaku agar sesuai syari’ah,” ucap seorang teman seusai sholat dhuha. Sempat tertegun mendengarnya dan hati kecil ini pun diam-diam membenarkan.
            Hari berlalu dan akupun melupakan perkataan di pagi itu. Hingga suatu ketika aku menemukan kalimat yang sama di dalam buku yang ku baca (judulnya apa aku lupa, yang pasti buku itu bercerita seputar berjilbab). “Banyak wanita yang menunda untuk berjilbab dengan alasan ingin menata hati dulu, memperbaiki perilaku baru berjilbab. Padahal itu hanyalah bujuk rayu syaitan yang menghalangimu untuk berjilbab” kurang lebihnya begitu. Di buku yang lain (lagi-lagi lupa judulnya) menambahkan, “Mengapa mesti memilah-milah dalam menjalankan perintah-Nya, sebagaimana sikap Yahudi.” (Maaf jika redaksionalnya tidak sesuai tapi intinya begitu).  Hal ini dapat kita temukan dalam QS. Al-Baqarah : 85, Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat”
          Sejak itu, banyak hal yang aku pikirkan. Aku mulai mengagumi sosok jilbaber. Betapa mulianya mereka sebagai wanita, mampu menunjukkan identitas sebagai seorang muslimah. Terkadang iri melihat anak perempuan yang lebih muda dariku tapi lebih dulu berjilbab. Sementara itu, melihat teman-teman yang mulai mengenakan jilbab, keinginan untuk berjilbab pun mulai timbul kuat.
            ..................................................................................................................................................
            Sore itu, aku beranikan diri mengutarakan keinginanku untuk berjilbab kepada ibuku. Namun, ibu berkata nanti saja kalau kuliah. Waktu itu, aku kelas XII dan akan memasuki semester 2, sangat berat bagi ibuku untuk membelikanku seragam sekolah yang baru.  Jadi, atas pertimbangan itulah beliau menyarankan untuk menunda sampai lulus. Sedih sekali rasanya harus menunda untuk mengenakan jilbab, Tak terasa air mata pun menetes. Ada penyesalan kenapa aku dulu menolak saat ibu menawarkan untuk berjilbab.
            Meski begitu, aku sudah mulai belajar mengenakan jilbab jika mendatangi suatu acara atau pergi ke tempat yang memiliki jarak tempuh jauh. Ibu membantuku mempersiapkan segala sesuatunya, membelikan aku baju dan jilbab walau hanya 1-2 potong.  Segala sesuatunya aku lakukan secara bertahap hingga memasuki dunia perkuliahan. Jikalau dulu tidak mengenakan jilbab saat menjaga toko (kebetulan ortu punya usaha kecil-kecilan di rumah) bahkan ke rumah tetangga. Sekarang alhamdulillah sudah dikuatkan untuk berjilbab. Semoga Istiqomah menyempurnakan jilbab hingga akhir hayat.
            ........................................................................................................................................................
            Begitulah kisahnya mengapa aku berjilbab. Mungkin bagi sebagian orang tidak begitu menarik karena aku tidak mengalami kejadian spiritual yang mengagumkan dan menggetarkan jiwa yang mendengarkan atau membaca kisahnya. Tapi, beginilah cara Allah menyadarkanku melalui hal yang sederhana. Tidak perlu menunggu hal-hal besar terjadi, untuk berubah menjadi lebih baik. Cukuplah kalian merenungi setiap detik yang telah dilalui.Fikirkan, pahami, dan resapi......
                “Ya Allah jadikanlah aku hamba-Mu yang sholeh...”  
                Sepotong Doa yang pernah terucap di masa lampau dan begitulah cara Allah mengabulkan doa hamba-Nya

Semarang, 11 Februar1 2012
           
Saudariku, kapankah engkau akan berjilbab? Menutup perhiasanmu agar tidak mudah di rusak orang lain. Janganlah menunggu terlalu lama, berjilbablah segera.
Saudariku, ceritakanlah kisahmu......