Minggu, 29 Juni 2014

CANGKIR 01 : MENJADI TUAN RUMAH

Konon, ketika tamu istimewa bertandang, tuan rumah akan bersiap diri dengan pakaian yang terbaik, menata rumah dengan indah dan menyiapkan hidangan yang spesial. Lalu, bagaimana jika yang bertandang itu bulan ramadan?

Ketika hari-hari terlewati hingga satu tahun qomariyah penuh, pertemuan itu pun terulang kembali. Ramadan kembali bertandang di akhir bulan Juni. Ya, sebuah akhir untuk awal yang spesial. Gembirakah kita menyambutnya? Sudah cukupkah persiapan yang telah dilakukan sebelumnya? Tidak! Tidak cukup bagi saya. Bukan karena tak sempat, lebih tepatnya saya tak menyempatkan diri untuk melakukan persiapan. Terlalu lena rupanya. Sebab kelenaan ini pulalah yang akhirnya membuat keterlambatan dalam menuliskan target-target ramadan. Sebenarnya, beberapa target ramadan telah termaktub dalam otak. Tapi, bukankah manusia tempatnya lupa? Maka perlulah untuk menuliskannya sebagai pengingat.

Merancang suatu target ramadan di hari pertama merupakan suatu keterlambatan. Bagaimana mungkin merancang sesuatu di hari H? Namun, tak ada kata terlambat dalam upaya kebaikan dan perbaikan diri, bukan? Hal terpenting dalam suatu target bukanlah kapan kita merancangnya, tetapi bagaimana suatu target itu bisa dilaksanakan sampai akhir. Maksudnya, tidak hanya sekedar tercapai tapi tetap berusaha untuk menjaga kesitiqomahan diri untuk selalu berada bahkan melampaui target tersebut di pasca ramadan.

Nah, untuk mencapai hal tersebut, hal terpenting lainnya adalah berupaya membersihkan diri dari segala dosa. Seorang tuan rumah haruslah dalam kondisi bersih dan segar kala menyambut tamunya. Begitu pula kita dalam menyambut ramadan. Kita haruslah mempersiapkan diri dengan bertobat. Pertobatan atas perilaku terhadap sesama makhluk hidup ataupun dengan sang pencipta. Ketika kita menyakiti seseorang, Allah takkan mengampuni kita sebelum kita meminta maaf kepada orang yang tersakiti. Maka, sebelum datangnya ramadan, hendaklah kita mengirimkan permohonan maaf kepada keluarga, teman, dan saudara. Barangkali, ada perilaku ataupuan ucapan yang tanpa kita sadari telah menyakiti hati orang lain.

Dosa yang kita lakukan itu ibarat suatu bercak hitam. Dosa kecil pun layaknya bercak kecil sedangkan dosa besar pun layaknya bercak yang besar-besar. Alangkah bahayanya jika bercak-bercak hitam itu akhirnya menodai hati kita. Ketika hati telah ternoda, ia pun akan terjangkit penyakit. Penyakit inilah yang akhirnya menghalangi kita dari rahmat Allah. Apa akibatnya? Allah akan memberikan kesempitan untuk kita. Kesempitan itu banyak sekali macamnya, entah berupa kelenaan, kesulitan dalam menyempatkan untuk beribadah, kemalasan, dan lain sebagainya. Itulah mengapa, Rasulullah pun mengingatkan kita untuk mengawali ramadan ini dengan pertobatan. Karena hati yang bersih akan mengantarkan kita pada kekhusyukan ibadah selama ramadan.


Mari kita sempurnakan diri kita dalam menyambut ramadan dengan saling memaafkan. Maka, tak ada hal yang patut terucap di hari pertama ramadan ini selain, mohon maaf atas segala khilaf yang telah menyakiti hati kalian. Maaf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar