Konon, ketika tamu
istimewa bertandang, tuan rumah akan bersiap diri dengan pakaian yang terbaik,
menata rumah dengan indah dan menyiapkan hidangan yang spesial. Lalu, bagaimana
jika yang bertandang itu bulan ramadan?
Ketika
hari-hari terlewati hingga satu tahun qomariyah penuh, pertemuan itu pun
terulang kembali. Ramadan kembali bertandang di akhir bulan Juni. Ya, sebuah
akhir untuk awal yang spesial. Gembirakah kita menyambutnya? Sudah cukupkah
persiapan yang telah dilakukan sebelumnya? Tidak! Tidak cukup bagi saya. Bukan
karena tak sempat, lebih tepatnya saya tak menyempatkan diri untuk melakukan
persiapan. Terlalu lena rupanya. Sebab kelenaan ini pulalah yang akhirnya membuat
keterlambatan dalam menuliskan target-target ramadan. Sebenarnya, beberapa
target ramadan telah termaktub dalam otak. Tapi, bukankah manusia tempatnya
lupa? Maka perlulah untuk menuliskannya sebagai pengingat.
Merancang
suatu target ramadan di hari pertama merupakan suatu keterlambatan. Bagaimana
mungkin merancang sesuatu di hari H? Namun, tak ada kata terlambat dalam upaya
kebaikan dan perbaikan diri, bukan? Hal terpenting dalam suatu target bukanlah
kapan kita merancangnya, tetapi bagaimana suatu target itu bisa dilaksanakan
sampai akhir. Maksudnya, tidak hanya sekedar tercapai tapi tetap berusaha untuk
menjaga kesitiqomahan diri untuk selalu berada bahkan melampaui target tersebut
di pasca ramadan.
Nah,
untuk mencapai hal tersebut, hal terpenting lainnya adalah berupaya membersihkan
diri dari segala dosa. Seorang tuan rumah haruslah dalam kondisi bersih dan
segar kala menyambut tamunya. Begitu pula kita dalam menyambut ramadan. Kita
haruslah mempersiapkan diri dengan bertobat. Pertobatan atas perilaku terhadap sesama
makhluk hidup ataupun dengan sang pencipta. Ketika kita menyakiti seseorang,
Allah takkan mengampuni kita sebelum kita meminta maaf kepada orang yang
tersakiti. Maka, sebelum datangnya ramadan, hendaklah kita mengirimkan
permohonan maaf kepada keluarga, teman, dan saudara. Barangkali, ada perilaku
ataupuan ucapan yang tanpa kita sadari telah menyakiti hati orang lain.
Dosa
yang kita lakukan itu ibarat suatu bercak hitam. Dosa kecil pun layaknya bercak
kecil sedangkan dosa besar pun layaknya bercak yang besar-besar. Alangkah
bahayanya jika bercak-bercak hitam itu akhirnya menodai hati kita. Ketika hati
telah ternoda, ia pun akan terjangkit penyakit. Penyakit inilah yang akhirnya
menghalangi kita dari rahmat Allah. Apa akibatnya? Allah akan memberikan
kesempitan untuk kita. Kesempitan itu banyak sekali macamnya, entah berupa
kelenaan, kesulitan dalam menyempatkan untuk beribadah, kemalasan, dan lain
sebagainya. Itulah mengapa, Rasulullah pun mengingatkan kita untuk mengawali ramadan
ini dengan pertobatan. Karena hati yang bersih akan mengantarkan kita pada
kekhusyukan ibadah selama ramadan.
Mari kita sempurnakan diri kita dalam menyambut ramadan dengan saling memaafkan. Maka,
tak ada hal yang patut terucap di hari pertama ramadan ini selain, mohon maaf
atas segala khilaf yang telah menyakiti hati kalian. Maaf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar