Kamis, 06 Juni 2013

KANAK-KANAK DAN KEKANAK-KANAKAN

Angin timur sesekali bertiup kencang...
Musim kemarau telah datang. Di saat seperti inilah angin muson berkunjung dari  benua Australia membawa hawa kering ke negeri Indonesia. Semilir angin tiada hentinya bertiup. Tapi inilah saat yang ditunggu oleh anak-anak, membilah bambu berhias kertas warna-warni, mengutas benang. Yupz...Apalagi kalau bukan bermain layang-layang. Panasnya sinar mentari di musim kemarau yang menyengat tubuh pun tak dihiraukan. Tubuh legam? Siapa peduli. Hanya riuh riang suara mereka,  saling beradu, membanggakan betapa hebatnya layang-layang mereka.
Doni : (memperlihatkan layang-layang) lihat nich, aku punya layang-layang baru nich. Keren kan... haha akhirnya bisa beli layang-layang ini,
Wawan : wah beruntung sekali kau, kemarin aku ingin juga beli yang ini, tapi keburu habis di warung mang Toyib
            Doni : iya donk siapa dulu, Doni, haha...
Rudi : ah ini sich di pasar banyak, lihat nich punyaku bentuknya bagus. Ayahku nich yang buat khusus untukku.
            Adi    : itu sich di toko pojok situ juga ada, Rp  4500 doank
Rudi : eitz beda donk, ini yang bikin ayahku sendiri.. liat nich lebih bagus daripada yang di situ... lebih kuat.. apalagi aku pake benang yang ini, pasti layang-layangku bisa terbang tinggi tak terkalahkan
Doni : masih keren punya sepupuku tuch... lebih besar dari punyamu... besok mau diberikan padaku
            Wawan : kamu beruntung banget Don..
            Doni : haha biasa aja... tapi kalian nggak boleh pinjem hehe
            Adi   : pelit banget sich
            Doni : ntar kalo rusak, hayo??
            Yadi tiba-tiba berlari ke arah mereka
Yadi : liat nich layang-layangku bagus lho,. Papaku membelinya dari Bali... keren kan? Pasti nggak ada yang bisa menyaingi punyaku
            Rudi : Aku dulu juga punya yang seperti itu lebih besar dan bagus (tak mau kalah)
            Doni : alah gitu doank mah kecil, emangnya layang-layang segedhe itu bisa terbang?
Inilah masa kanak-kanak dengan segala sifatnya. Anak-anak senang sekali membanggakan dirinya sendiri. Selalu ingin dirinya yang paling hebat walaupun untuk hal yang paling malang sekalipun ingin dirinya yang paling malang. Coba tengok percakapan ini :
A : aduh lututku sakit nih,. Luka gara-gara jatuh dari sepeda
B : ah Cuma gitu doank... dulu aku juga pernah jatuh dari pohon, tanganku patah jadi harus pake Gips. Mau makan aja susah harus disuapin.

Pasti pernah mendengar percakapan sepertia. Yupz beginilah dunia anak-anak ingin selalu benar dan menjadi “paling” dalam segala hal. Jika kita, yang sudah dewasa, masih bersikap seperti ini artinya kita masih kekanak-kanakan belum pantas menyandang gelar dewasa, bukan? Jika kita masih mengutamakan ego, maka kita sejatinya kekanak-kanakan

SECANTIK SAMPUL

Ada pepatah mengatakan “ Don’t judge the book by the cover”artinya jangan menilai sebuah buku itu dari sampulnya saja. Pepatah ini sering dikaitkan dalam pergaulan sehari-hari yakni kita tidak boleh menilai orang itu dari tampilan luarnya saja tapi nilailah dari hatinya, kepribadiaannya. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa seperti itulah hakikatnya manusia, yang pertama kali dilihat pastilah tampilan luarnya. Ketika kita berada di sebuah toko atau pameran buku sementara kita bingung akan membeli buku apa,di antara tumpukan buku pasti kita akan mengambil buku yang menarik. Apa yang membuat buku itu menarik? Jawaban orang macam-macam ada yang tertarik karena desain sampul buku, judul, pengarang, atau apalah. Bukankah itu wajar? Setelah itu barulah kita akan membukanya, membaca isinya. Andaikan buku itu, awalnya, tidak memiliki hal apapun untuk menarik perhatian kita, dapat dipastikan kita tidak akan mengambilnya apalagi mengetahui isinya.
      Sama halnya dengan buku, seseorang tidak akan tertarik untuk mengetahui diri kita lebih mendalam jika kita tidak memiliki “tampilan” yang cantik. So, kita tidak bisa menuntut seseorang untuk memahami karakter diri kita secara mendalam jika kita tidak memiliki suatu hal yang menarik untuk diulas. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya bahwa seseorang dinilai pertama kali dari penampilannya. Tapi bagaimana dengan mereka yang memiliki “tampilan” yang berbanding terbalik dengan konten? Maka sesuaikanlah J
As beautiful as Cover
      Yups.. ketika kita sudah memiliki tampilan yang cantik maka perbaikilah konten kita agar lebih cantik. Apa yang Anda fikirkan ketika melihat seorang muslimah yang memakai jilbab, menutup aurat? Pasti Anda mengatakan bahwa wanita ini pasti sholihah. Hal ini sudah menjadi penilaian umum dari masyarakat bahwa wanita berjilbab = sholih. Namun, apa yang terjadi jika perilakunya tidak sesuai dengan cover? Tentu nilainya akan menjadi minus. Tapi bukan berarti berjilbab itu harus menunggu kepribadian kita baik dulu. Sama halnya tidak harus mendesain cover itu harus menunggu isi ceritanya bagus dulu.
Beri sedikit ulasan

Orang terkadang tertarik dengan kita akibat hal-hal kecil yang kita perbuat. Yups hal kecil namun baik pasti akan berdampak besar. Sebagaimana sebuah buku, penulis biasanya memberikan ulasan singkat mengenai isi buku agar pembaca tertarik untuk membaca seluruh ceritanya.